Minah

Minah terisak. Wajahnya yang berurai air mata dibenamkan ke kedua telapak tangannya. Sementara itu seorang pemuda bertubuh kurus dengan penampilan sederhana mencoba menghiburnya.    *** “Sudahlah dik, jangan nangis terus. Mbok pun nggak akan suka kalau kamu sedih terus.” Sebelah tangannya yang kurus terulur merangkul adiknya. Ialah Parto, kakak Minah satu-satunya. Saat itu ibu mereka… Lanjutkan membaca Minah

Hopeless

Tik.. Tok.. Tik.. Tok.. Tik.. Tok..  Suara jam yang melekat pada dinding tengah sibuk menggangguku, sibuk memecahkan lamunanku terus dan terus. Namun aku hanya termenung, membungkam mulutku rapat–rapat, kemudian melambungkan angan terindahku sejauh mungkin. Membiarkan segala sesuatunya menjauhi sebuah kenyataan yang tak mampu bahkan tak sanggup aku terima sampai kapanpun. Aku sangat berharap, seandainya ku… Lanjutkan membaca Hopeless

Sebuah Esensi dan Aksesori

Pagi cukup cerah, meski sang fajar tampak malu-malu memancarkan sinarnya, cahaya lembut pagi berpadu dengan dingin hingga menghasilkan embun. Para siswa, guru, dan pegawai di sekolah menengah atas favorit di kotaku, berarak memenuhi gedung yang kokoh ini. Mereka menyambut kedatangan keluarga baru, siswa-siswi baru yang dinyatakan lulus dan berhak mengenyam pendidikan di sekolah ini, Ada… Lanjutkan membaca Sebuah Esensi dan Aksesori

Suara-Suara

Malam belum menuai lapuknya ketika pria tengah baya itu mematikan lampu teplok di atas meja. Dalam gelap, ia membuka satu bagian gentengnya sambil berdiri di meja. Harga minyak mahal, jadi harus diminimalisir penggunaannya. Ia tak tahu bahwa di bagian dunia lain, minyak bahkan menimbulkan sengketa dan perang berkepanjangan. Papan lapuk berkaki bambu yang aus termakan… Lanjutkan membaca Suara-Suara

Kelebihanku

Dunia tak seindah dulu lagi. Setelah aku dioperasi mata di rumah sakit, penyakit mataku tidak sembuh tetapi mataku tidak bisa melihat secara total indahnya dunia lagi. Sebelumnya mataku yang sebelah masih bisa melihat walaupun tidak secara total tidak bisa melihat. Sekarang aku tidak bisa melihat total. Aku masih sekolah, duduk di bangku kelas 5 Sekolah… Lanjutkan membaca Kelebihanku

Ketegaran Lee

Makassar, di masa-masa permasalahan etnis Tiong Hoa masih diliputi suasana mencekam, masih terisolirnya budaya yang terkenal dengan Barongsai dan film Kung Fu atau yang biasa disebut Sersil (Serial Silat),  lahirlah seorang anak laki-laki dan diberi nama Lee Sau Ran. Dengan Perawakan sedikit berbeda dengan anak kebanyakan dan melihat dari marga keluarga serta wajah orientalnya pastilah… Lanjutkan membaca Ketegaran Lee

Bukankah Aku Tak Mendengar

Ketika aku membuka mata, ibu sudah berdiri di samping ranjang. Ia berkacak pinggang sambil terus memandangiku. Bibirnya terus saja bergerak tak kunjung diam. Jika saja aku dapat mendengar, pasti aku tahu apa yang diomelkannya.               “Ayo bangun !!!” hanya kalimat itu yang tertangkap oleh mataku.             “ Iya ibu “ jawabku dengan menganggukkan kepala.… Lanjutkan membaca Bukankah Aku Tak Mendengar

Rembulan Kapak Tua

Hari ini bulan penuh. Lingkarnya menggelinding sepanjang meridian langit. Berjingkat-jingkat ia datang menelisik. Sinarnya ranum membisik. Menjelma bulu mata cantik yang mengerling pada setiap mata yang membidik. Memang harusnya ia cantik. Hanya saja bagi dusun ini, itu sama sekali tak baik. Pun tak patut untuk ditelik.  *** Bulir-bulir embun luruh dari ujung daun, seumpama harpa,… Lanjutkan membaca Rembulan Kapak Tua

Dalam Kediaman

Mungkin ini adalah ujung dari kebiasaanku yang tak jelas manfaatnya. Kulihat, aku masih tak percaya dengan apa yang kualami saat ini. Kelembaban bau yang bisa kuhirup tiap waktu. Efek guratan kecoklatan yang bisa kupandang berjam-jam. Sekarang, bisa kugenggam, kuraba, bahkan masuk kedalamnya. *** “Hoy!!!” teriakan itu mengagetkanku. Aku menoleh sosoknya, terlihat bibirnya mengomel. Tak terdengar… Lanjutkan membaca Dalam Kediaman

Galau Tandus

Bermandi air mata, bertemankan luka, ada derita dalam setiap desah nafasnya. Bantal-guling teman setia. Di pembaringan ia menghabiskan sisa hidupnya. Seperti jemuran saja, jika ingin bertemu mentari, haruslah ada orang yang membantu ia keluar dari kamar dukanya. Dan jika ingin kembali ke tempat peraduannya, harus di angkat pula oleh tangan-tangan lain. Tak mampu ia melakukannya… Lanjutkan membaca Galau Tandus