PENGUMUMAN CERPEN CINTA DAN MERDEKA

Hy, Kartuneters. Kembali berjumpa, nih. Gimana udah kangen, kan, sama mimin?   Kali ini mimin mau meng-apresiasi tulisan terbaik dari kartuneters yang kemaren ikut event Antara cinta dan merdeka.   Sesuai apa yang mimin tulis di pengumuman event Antara Cinta dan merdeka, pemenang akan ditentukan dari banyaknya pembaca dan komentar di tulisan kartuneters semua. Dan… Lanjutkan membaca PENGUMUMAN CERPEN CINTA DAN MERDEKA

TauRiadatta

“Jangan ambil kue dari gerombolang! Mereka itu jahat! Jahat!” suara mamak terdengar sampai ke ruang luar. Mamak marah lagi, sebabnya apalagi kalau bukan daengku. Ali namanya, putra sulung mamak dan bapak. Kami hanya dua bersaudara, aku adik dan Ali anak pertama. Saya biasa memanggil dia dengan sebutan Daeng, dalam bahasa Indonesia berarti kakak. Hari ini… Lanjutkan membaca TauRiadatta

Sepucuk Surat Untuk Kenangan

Sudah beberapa malam Cokro sukar memejamkan mata. Pikirannya selalu tertuju ke suatu titik. Hatinya selalu bertanya tentang keberadaan Ambarwati. Sebab, beberapa hari ini gadis itu tak terlihat. Biasanya ia selalu membantu ibunya mengurus buah-buahan dan sayur-sayuran di kebun. Cokro sudah berusaha berkunjung ke rumah Ambarwati, tetapi kediaman itu sepertinya kosong. Tak ada yang menyahut, tak… Lanjutkan membaca Sepucuk Surat Untuk Kenangan

Romantika Cinta di Hari Merdeka

Romantika Cinta di Hari Merdeka Karya : Rusdian Ika Pada tahun 1940-an  terdapat sepasang kekasih yang sangat romantis. Mereka adalah Lobi dan Herman. Perjalanan cinta mereka terlihat mulus meskipun tidak demikian realitanya. Mereka berjuang keras untuk menjaga keutuhan cinta dan komitmen yang selama ini telah terbangun kokoh. Jika dilihat dari sisi akademik, Lovy adalah seorang… Lanjutkan membaca Romantika Cinta di Hari Merdeka

Satu dan Seribu

SATU DAN SERIBU Ibukota Indonesia 21 Desember 1948. Di dalam rumah yang masih diterangi dengan lampu minyak, Abimanyu dan istrinya merasakan suasana mulai menegang. Apa yang terdengar dari dalam rumah itu hanyalah suara bisikan dari mereka berdua.     “Apa kau yakin akan mengikuti Jendral Soedirman melakukan hal itu Pak?”     “Ya. Aku sudah… Lanjutkan membaca Satu dan Seribu

KALO JODO GA KEMANE

“Kriiing…!!!” Suara alarm memecah keheningan di kamarku. Membuat kehidupan hayalanku terpaksa terhenti dan kembali kedunia nyata. Dengan mata yang masih berat dan badan tang super lemas ku raba raba handphoneku untuk mematikan suara berisik itu. Perlahan kesadaranku mulai pulih. Disitulah aku terbelalak melihat angka di ponselku yang menunjukan pukul 8.00 pagi. “OH MY GOD GUE… Lanjutkan membaca KALO JODO GA KEMANE

NALENDRA

“Mutiara! Jangan! Mas mohon! Jangan!.” Teriak kakak ku, Krisna, dari kejauhan. Aku tidak bisa apa-apa lagi selain mencoba untuk tidak menangis. “Mutiara! Jangan! Jangan! Biar aku saja! Jangan!.” Teriaknya lagi, suara nya pecah, menandakan kalau dia sedang menangis. Aku mencoba untuk mengatakan sesuatu namun aku tidak bisa karena aku takut, disaat aku buka mulutku adalah… Lanjutkan membaca NALENDRA

SUNYI

Hampir setahun sudah berlalu sejak pecahnya pertempuran separatisme 10 november 1945 di Surabaya. Puluhan ribu pejuang gugur mengorbankan nyawa demi mempertahankan tanah air dari agresi militer Tentara Inggris yang ingin membantu Belanda kembali menguasai Bangsa Indonesia. Surabay a membara hari itu. Tanah memerah basah oleh darah. Asap membumbung. Suara letusan senjata serta ledakan bom terus… Lanjutkan membaca SUNYI

INGATAN TENTANGMU JALAN PULANG YANG KUKENALI

INGATAN TENTANGMU JALAN PULANG YANG KUKENALI Udara siang hari tak benar-benar menyegarkan. Angin bercampur debu dari proyek pembangunan menempel kulit yang bercucuran keringat. Kadang kala ingatan tentang rumah, meja makan serta tawa makin lama semakin mulai pudar. Beginilah nasib malangku dimulai, aku diseret ke tempat yang tak jelas seperti ini, seakan-akan aku seperti kentang yang… Lanjutkan membaca INGATAN TENTANGMU JALAN PULANG YANG KUKENALI

ASMARA DI UJUNG PELURU

Asmara di ujung peluru Di suatu pagi, seorang anak muda sedang berjalan diantara pepohonan. Ia berjalan dengan santainya. Diamatinya pepohonan yang berjajar dipinggir pinggir jalan. “Hmm, indah sekali pagi ini!”. Gumamnya. Dia terus saja berjalan. Dipundaknya memikul sebuah cangkul. Rupanya, ia barusaja pulang dari mengairi sawahnya. Matahari mulai memunculkan diri. Jalanpun mulai ramai. Banyak orang… Lanjutkan membaca ASMARA DI UJUNG PELURU