The Secret Admirer

Di dalam relung hatiku
hati yang terselimuti oleh salju
ada ruang yang kosong di situ
menunggu sesuatu yang tak tentu

Sesuatu yang ku cari semakin menjauh
sesuatu yang tak ku cari tetapi semakin mendekat

Hanya dapat menikmati dari sisi mimpiku
sesuatu yang dekat bagi ku
tetapi jauh baginya

***
Ku letakkan penaku. Ketika kulihat jam di sudut kamarku jarum jam menunjuk pukul 12 malam. Aku masih terduduk di kursiku, menatapi puisi pertamaku untuk sesuatu yang baru tetapi lama bagiku. Ya, sesuatu yang baru tapi lama. Aku sudah mengenal dirinya sejak SMP. Pada waktu itu tidak ada rasa apapun pada dirinya. Dia itu memang cantik dan mempesona bagi anak laki-laki di sekolahku, tapi mau bagaimanapun dia, aku tetap tak tertarik padanya. Mungkin karena aku terlalu berkonsentrasi pada pelajaran atau memang belum waktunya.

Setiap aku kumpul-kumpul dengan teman-teman ku, mereka selalu mesisipkan omongan tentang dirinya. Yang membicarakan tentang kecantikannya lah, atau tentang bahwa dia sampai saat ini masih belum punya pacar. Setiap kali teman-temanku membicarakan tentang dirinya, aku selalu mencoba untuk mengalihkan pembicaraan keluar dari persoalan dirinya. Entah mengapa aku selalu tidak suka jika ada orang yang membicarakan tentang kelebihannya, mungkin karena dia itu adalah salah satu sainganku dalam prestasi di kelas. Fira, nama perempuan itu. Nama yang cukup manis untuk dirinya yang cantik. Perempuan itu memang cantik, menarik, anggun, dan pintar. Sikapnya tidak suka banyak bicara, tapi ia tidak sombong dan sangat enak untuk diajak mengobrol.

Pengetahuannya sangat luas, jadi bisa diajak ngobrol soal politik, ekonomi, issu-issu terbaru, bahkan sampai gosip-gosip terbaru soal artis pun dia tahu. Memang tipe wanita yang sangat saya idam-idamkan, tapi entah mengapa aku sangat tidak menyukainya. Pernah pada puncak kekesalanku pada dirinya, saat kami telah menjalani ujian nasional dan mendapatkan hasilnya, waktu itu aku mendapatkan peringkat nem kedua tertinggi di sekolahku di belakang perempuan itu. Saat itu aku sangat kesal dan Fira menghampiriku untuk mengucapkan kata-kata selamat tinggal karena kami mungkin akan pisah sekolahan dan menanyakan kemana aku akan masuk SMA. Karena aku dalam keadaan yang sangat kesal, aku menjawab pertanyaan Fira dengan kasar dan acuh tak acuh. Salah satu yang aku sesali sampai sekarang.
***

Kristal-kristal itu mulai retak
salju yang menyelimuti mulai mencair
mentari mulai menyinari hatiku
di dalam kehampaan yang tanpa batas

Mutiara itu datang tiba-tiba
mengisi ruang kosong di hatiku
mewarnai hari-hariku
dengan harapan yang seindah pelangi

Musim semi berkembang
ku harap jangan gugur lagi
tapi apa daya
waktu terus bergulir

***
Setelah kejadian itu, aku merasa sangat menyesal. Pada saat liburan panjang sekolah, aku lebih memilih untuk tetap berada di rumah sambil merenungi kesalahanku dari pada jalan-jalan dan bersenang-senang dengan teman-temanku. Aku terus berfikir “Mengapa wanita secantik dan menarik seperti Fira aku sia-siakan dan perlakukan secara tidak pantas?”. “Aku baru menyadarinya sekarang, bahwa dia itu cantik, menarik, dan merupakan wanita idamanku selama ini. Apakah ini yang dinamakan cinta?, cinta yang datang dimulai dengan benci?”. Kata orang, benci itu bisa diartikan benar-benar cinta atau bisa juga benar-benar benci. Tapi sepertinya aku sekarang telah jatuh cinta padanya dan ingin mengucapkan maaf. Tapi bagaimana aku bisa mengucapkan maaf pada dirinya?, bagaimana jika kami nanti pisah sekolah?, dan jika aku harus mencari rumahnya dengan menanyakan alamatnya pada teman-temannya, nanti timbul gosip-gosip baru lagi. Ah, biarlah rasa ini ku pendam sendiri dalam hatiku. Ternyata betul apa yang disyairkan oleh Bapak Ismail Marjuki yang intinya bahwa Pria itu ditakdirkan lebih berkuasa dari wanita. Tapi ada kalanya pria bertekuk lutut di hadapan wanita. Mungkin seperti itulah aku sekarang.

Waktu yang kutunggu akhirnya tiba sudah dengan lambannya. Aku menunggu agar liburan sekolah ini cepat berakhir dan cepat-cepat masuk ke sekolahku yang baru. Aku berhasil diterima di salah satu SMA favorit di kota jakarta walaupun jarak sekolah itu agak jauh bagiku. Tapi hal itu bukan masalah, malah aku bisa menambah pengalaman dengan sering jalan jauh dari rumahku. Seperti biasa siswa yang baru masuk harus menjalani tiga hari masa orientasi sekolah (MOS) yaitu dengan menuruti perintah kakak-kakak kelas yang aneh-aneh dan juga masih disuruh memakai pakaian seragam SMP yang menurutku sudah bosan untuk memakainya. Di hari pertama MOS, aku menempati kelas yang letaknya agak jauh dari tangga, jadi aku agak kesal dengan hal itu. Di dalam kelas, aku duduk di salah satu sudut belakang kelas sambil melihat keliling mengamati wajah-wajah teman baruku. Di kelas itu ada beberapa wajah yang aku sudah kenal karena satu SMP dengan ku. Tapi pada saat aku melihat ke meja seberang kiriku, aku terperanjat karena aku menangkap wajah wanita yang selama ini aku tunggu dan kagumi. Fira masih mengenakan pakaian SMPnya dan sebulan tidak bertemu serasa 3 tahun sudah. Selama itu sepertinya Fira semakin cantik dan menarik. Pada saat aku mengamati wajahnya yang cantik, Fira juga melihatku dan tersenyum padaku. Fira memang wanita yang tidak sombong, setelah agak kuperlakukan tidak sopan di akhir pertemuan SMP, ia masih ramah menatapku. Dengan agak malu, aku membalas senyuman dari Fira yang agak tertawa kecil mungkin karena melihat ekspresi di wajahku.

Jam istirahat tiba, waktu yang ku nanti-nanti. Aku mengikuti Fira yang bergegas keluar menuju kantin. Aku mendekati Fira dan memohon agar diperbolehkan untuk duduk satu meja dengannya. Tanpa harus ku tunggu jawaban darinya, aku sudah tahu kalau dia pasti akan mempersilakan aku untuk duduk dengannya. Kami mulai ngobrol-ngobrol kecil dengan basa-basi menanyakan kabar selama liburan.
Aku berkata : “Bagaimana liburan kamu Fira?”.
Fira : “Ya, asyik banget, aku dan keluarga menghabiskan liburan ke Cipanas. Kamu gimana?”.
Aku berkata : “Ya, enggak begitu bagus”.
Fira : “Kenapa?”.
Aku berkata : “Soalnya aku terus mikirin tentang sikapku yang rada kasar tempo hari waktu kita habis nerima hasil nem itu. Oleh karena itu aku mau minta maaf sama kamu. Aku sangat nyesal banget”.
Fira : “Ah soal itu, lupakan aja lah aku sudah maafin kamu sejak saat itu juga kok”.
Aku berkata : “Terima kasih ya, memang kamu itu perempuan yang baik banget”. “Dan cantik pula” aku menambahkan dalam hati.

Last Updated on 13 tahun by Dimas Prasetyo Muharam

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

8 komentar

  1. aihh, dari jaman dulu sampe sekarang selalu aja ada yang bernasib menjadi “pemuja rahasia,” 😀

    Nogomong ngomong puisinya boleh juga kak 🙂 cerpen waktu kapan ini?

    1. Ini dibuat pas zaman SMA. SMA kelas 2 ya kalo ga salah. dan kalo ga salah juga, terinspirasi dari nonton FTV. 😀

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *