Tiap Difabel harus Bisa Nge-Blog

Jakarta – Kakman hari ini kembali mengamati perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan peluangnya untuk para difabel atau penyandang disabilitas. Lalu terlintas satu kesimpulan bahwa tiap difabel harus bisa nge-blog! Ya nge-blog tapi tak harus menjadi seorang blogger. Mengapa begitu?

Menurut Mentri Kominfo RI, bapak Rudiantara, pada tahun 2014 jumlah transaksi pada E-commerce atau situs jual-beli online mencapai angka 156 triliun. Angka sebesar itu menjadi indikasi bahwa bisnis via online di Indonesia berkembang sangat pesat dan potensial. Maka dari itu, siapa yang tak memulai ‘mencemplungkan’ diri di gelanggang ini, dapat tertinggal jauh di belakang.

Baca:  Jam Aksesibel untuk Tunanetra

Khususnya untuk seorang difabel, perkembangan ini dapat jadi peluang yang menguntungkan secara ganda. Selain fakta yang dialami juga oleh masyarakat pada umumnya yaitu pangsa pasar yang terus bertumbuh, bisnis via online juga menghadirkan solusi pada keterbatasan mobilitas yang selama ini dihadapi. Mulai dari akses pada media pembayaran berupa uang fisik, komunikasi yang pada tunarungu terkadang menjadi kendala, atau keharusan menuju ke tempat bertemunya penjual dan pembeli pada lokasi yang belum aksesibel.

Sekali lagi, ini peluang, dan para difabel tak boleh ketinggalan. Peradaban manusia sedang bergeser ke era digital, yang dampaknya akan makin mempermudah para difabel juga. Oleh karena itu, apa yang perlu dilakukan saat ini? Ya minimal adalah mampu mengoperasikan blog.

Blog adalah sebuah platform multifungsi yang jika dikembangkan dapat menjadi sebuah situs untuk e-commerce, news portal, internet marketing, atau sekedar menyalurkan hobi menulis. Sangat diperlukan selain mampu menggunakan perangkat social media seperti Facebook, Twitter, Google+, atau Instagram, semua yang tidak ingin tertinggal dalam rangkaian kereta abad digital ini untuk mempelajari blog.

Untuk menunjukkan keseriusan, blog atau website yang dibuat harus menggunakan domain TLD atau Top Level Domain seperti .com yang berlangganan tiap tahunnya. Memang harus modal sedikit, tapi tak mungkin kita meraih sukses jika tak berani untuk mengeluarkan modal. Selain itu, tentunya para difabel harus mau belajar dan terbiasa untuk go online karena di ranah itulah mereka tak mengalami keterbatasan.

Bayangkan jika tiap difabel mampu memiliki blog yang profesional. Mereka dapat membuka usaha dan menghasilkan uang bahkan tanpa perlu keluar rumah dan mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi yang belum aksesibel. Mereka tak perlu lagi berjualan kerupuk keliling komplek, seperti fenomena penjual kerupuk tunanetra yang belakangan ini marak. Minimal, ketika tiap difabel sudah mampu mengoperasikan blog, maka tak ada halangan lagi untuk bersuara. Mereka dapat berekspresi dan menunjukkan pada seluruh pengguna internet mengenai kemampuannya.

Baca:  TheQube 0.7, Twitteran Ga Ngadat Lagi

Dari sini, Kakman jadi terfikir untuk membuat pelatihan membuat blog dalam jumlah besar kepada teman-teman difabel dengan menggunakan hosting self-host, domain profesional, dan platform CMS WordPress. Sejauh ini sudah diuji dan CMS WordPress ini yang paling accessible, khususnya untuk para tunanetra. Output kegiatan diharapkan tiap difabel memiliki blog profesional dengan domain sendiri yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan. Sebab, mencari uang via internet ini sudah terbukti dan banyak contoh yang telah merasakan hasilnya. Semoga ide ini mendapat tanggapan positif.(KN)

Bagikan artikel ini
Dimas Prasetyo Muharam
Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Articles: 313

Leave a Reply