Tips mengenali dan mengatasi Stres

Bukanlah menjadi soal dimanakah anda tinggal, hubungan antarmanusia bisa menjadi sumber penderitaan yang tiada habisnya, membuat kehidupan kurang memuaskan.

Di tempat kerja, anda mungkin menjadi sasaran fitnah, prestasi anda mungkin membuat orang lain iri hati sehingga menjadi korban kritik yang tidak beralasan.

Orang yang berurusan dengan anda setiap hari mungkin menjengkelkan karena ia suka mengatur orang lain.

Di sekolah, anak anda mungkin ditindas, diganggu, atau tidak dihiraukan. Jika anda adalah orang tua tunggal, keadaan ini tidak membuat hubungan anda dengan orang-orang lain menjadi lebih baik. Semua masalah itu menambah stres pada kehidupan banyak pria dan wanita.

Pengaruh stres diam-siam menumpuk selama suatu jangka waktu sampai tiba-tiba mencapai titik kritisnya. Itulah sebabnya stres mendapatkan julukan sebagai pembunuh yang senyap, dan stres kronis dijuluki sebagai racun yang lambat.

Profesor Robert L. Veninga dari Universitas Minnesota berkata “Dewasa ini, stres dan penyakit-penyakit yang diakibatkannya menyerang para pekerja di setiap pelosok dunia”.

Konon, di Amerika Serikat, penyakit yang berkaitan dengan stres menelan biaya 200 milyar dolar setahun.

Swaktu kita sedang stres dan tidak dapat diselesaikan semua tugas yang telah dijadwalkan, mungkin timbul rasa bersalah. Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa pada umumnya orang biasa dirundung perasaan bersalah selama dua jam/hari. Namun, ada orang yang dapat mengatasi stres dan berhasil menyukseskan kehidupan mereka.

Dr.Benjamin Spock dalam bukunya berkata “ Ketidaksanggupan untuk bersikap tegas adalah … problem yang paling lazim di kalangan orang tua di Amerika dewasa ini”.

Diana* adalah seroang gadis yang cerdas, ramah dan senang berteman. Akan tetapi, di balik penampilannya yang mempesona ia sering merasa putus asa selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Ia berkata “Setiap hari saya selalu berpikir soal mati, pasti dunia ini akan lebih baik tanpa saya.”.
Diana berkata bahwa ia tidak akan pernah bunuh diri, namun sering kali dia tidak punya alasan untuk terus hidup. “Keinginan terbesar saya adalah tewas dalam kecelakaan, saya menganggap kematian sebagai sahabat bukan musuh” ujarnya.

Banyak orang yang memiliki perasaan yang sama dengan Diana dan ada juga yang sudah memikirkan, atau mencoba bunuh diri. Namun, para pakar mendapatu bahwa mereka yang mencoba sebenarnya kurang inging untuk mengakhiri hidupnya, mereka hanya ingin mengakhiri penderitaanya. Singkatnya, mereka yakin mempunyai alasan untuk mati; yang mereka butuhkan adalah alasan untuk hidup.

Kebanyakan masalah yang dihadapi meski segunung, dapat diatasi dengan cara yang sama. Ceritakanlah situasinya kepada seseorang, mungkin sahabat atau keluarga, siapa tahu dia bisa membantu melihatnya dengan lebih positif.

Selain itu, cobalah berdoa kepada Tuhan. Kehidupan anda itu penting bagi orang lain atau bermanfaat, termasuk keluarga atau sahabat yang mungkin sudah memperlihatkan perhatian termasuk orang-orang yang mungkin belum dikenal. Sekalipun suasana hati seperti kapal yang terombang ambing di lautan yakinlah masih ada harapan.

Sumber :
Buku Kehidupan yang memuaskan bagaimana memperolehnya?
Buku Sedarlah April 2014 Buat apa hidup? Tiga alasan untuk terus hidup

Catatan :
*Nama disamarkan

Last Updated on 5 tahun by Redaksi

Diterbitkan
Dikategorikan dalam RAGAM Ditandai

Oleh Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono

Nama lengkap saya adalah Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono, biasa dipanggil Tyas. Sejak 2012-sekarang saya mengalami halusinasi suara, jangan takut sama saya, 2013-2016 mengalami penurunan penglihatan (low vision) dan hingga kini terganggu penglihatan. Saya ini orangnya kritis :)

2 komentar

  1. lihat dunia lebih positif, jika hanya sisi negative yang diperhatikan, maka hidup akan selalu dimaknai sebagai penderitaan.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *