Unik, Kelas Bahasa Isyarat Indonesia

Jakarta, Kartunet.com – Bahasa isyarat memang bahasa nonverbal yang biasa digunakan oleh para tunarungu. Namun sejak tahun 2009, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia telah menjadikan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) sebagai salah satu mata kuliah pilihan. Hari Rabu pukul 13:00 sampai 15:00 merupakan jadwal diselenggarakannya kelas tersebut.

 

“Waktu baru buka kelas, mahasiswanya hanya 40 orang. Tapi sekarang sudah sampai 105 orang.” Jelas Juniati Efendi, tunarungu yang merupakan Wakil Ketua I GERKATIN (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).

 

Berawal dari keluhan para tunarungu GERKATIN perihal bahasa isyarat, mata kuliah bisindo pun mulai diselenggarakan. SIBI  atau Sistem Bahasa Isyarat Indonesia, yakni bahasa isyarat yang diajarkan di SLB  dirasa terlalu sulit diikuti, khususnya oleh anak-anak. Maka, tunarungu dari GERKATIN menciptakan bahasa isyarat Indonesia yang gerakan isyaratnya lebih sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, kebutuhan akan penerjemah bahasa isyarat Indonesia pun sangat mendesak. Di Jakarta saja telah ada sekitar ribuan tunarungu, sedangkan penerjemah yang ada saat ini tidak lebih dari sepuluh orang saja.

 

“Seharusnya Indonesia ini punya penerjemah 4000 orang,” ujar Pinky Warouw Wickiser yang telah 13 tahun menjadi penerjemah bahasa isyarat. Ia berharap, dari kelas bisindo ini kelak akan terlahir penerjemah-penerjemah muda yang dapat meneruskan perjuangannya dalam bidang sosial disabilitas.

 

“Kata senior sih kuliahnya seru.” Adis, salah seorang mahasiswi semester lima jurusan Sastra Indonesia, mengungkapkan alasannya mengikuti mata kuliah bisindo. Ia belum pernah bertemu dengan tunarungu sebelumnya, tapi merasa penasaran dengan bisindo karena cerita-cerita dari seniornya yang telah lebih dulu mengikuti mata kuliah 3 SKS tersebut. . Meski baru mengikuti perkuliahan sebanyak tiga kali pertemuan, Adis mengaku sudah mulai merasakan asyiknya belajar bahasa isyarat.

 

Adapun maksud diselenggarakannya kelas bahasa isyarat adalah untuk mensosialisasikan bisindo kepada pemerintah dan masyarakat umum. Kemudian diharapkan akan lebih banyak orang nondisabilitas yang memahami bisindo. Hal ini akan berdampak baik pada kebutuhan informasi dan komunikasi tunarungu, sehingga para tunarungu dapat bergaul serta berkontribusi lebih baik lagi dalam masyarakat. (RR)

Last Updated on 6 tahun by Redaksi

Oleh Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

1 komentar

  1. Selamat siang.. saya sangat ingin jadi pemandu tunarungu, tapi tidak tau harus belajar dimana? Adakah yg bisa mengusulkan?? Terima kasih untuk bantuannya

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *