Untung Rugi Jadi Referal

Dalam dunia bisnis internet, sangat marak sekarang yang namanya program referall. Prinsip dari program ini adalah kita merekomendasikan orang lain untuk turut serta bergabung dalam program yang kita ikuti, dan setiap mereka melakukan transaksi atau suatu hal yang telah ditentukan, sekian persen dari keuntungan referral akan masuk pula ke kita. Sederhananya, aktivitas ini mirip dengan MLM (multi levelmarketing) yang cukup populer beberapa tahun ke belakang. Ketika kita ditawari oleh seseorang mengenai suatu program usaha, dan diketahui terdapat pula program referral di dalamnya, kita terkadang menjadi enggan untuk memasukan kode referral orang tersebut dan memutuskan untuk mengosongkannya saja. Padahal jika dirunut lebih jauh, kita yang telah direkomendasi sama sekali tidak dirugikan sama sekali dengan memasukan referral orang tersebut. Keuntungan kita tidak berkurang, dan hal ini malah bisa sebagai bentuk terima kasih atas informasi yang diberikan. Dalam tulisan ini, saya akan memberikan beberapa argumen mengenai program referral yang tidak merugikan downline dan tidak semata-mata pula menguntungkan upline.

Satu hal yang paling penting harus kita ketahui adalah kesediaan kita untuk mencantumkan kode referral seseorang sebagai upline kita tidaklah merugikan. Dengan atau tanpa memasukan kode referral, penghasilan yang kita masukan adalah sama. Tak dikurangi sama sekali karena kita menjadi downline dari seseorang. Seperti program paid to click pada situs klik rupiah, sesuai peraturan situs pendapatan yang diperoleh dari tiap klik adalah Rp 100,00. Jumlah ini tidak akan berkurang meski kita berada di bawah referral dari seseorang. Sehingga demikian, tidak beralasan halnya jika kita merasa dirugikan karena mencantumkan kode referral seseorang ketika mendaftar suatu program penghasil uang.

Satu informasi penting ketika kita mendaftar di sebuah situs penyedia rupiah paid to click seperti rupiah bux, memasukan atau tidak kode referral seseorang, hakikatnya kita pasti menjadi referral dari orang lain. Lho mengapa bisa? Ketika kita menjadi referral dari seseorang atau tidak, pihak situs masih memiliki kekuasaan untuk “menjual” atau “menyewakan” kita untuk menjadi referral dari orang lain yang mau mengeluarkan sedikit uangnya. Dalam situs paid to click, terdapat fasilitas untuk membeli atau menyewa referral. User yang memiliki keaktivan tinggi, akan dibandrol mahal oleh situs paid to click (PTC), oleh karena itu, tak ada gunanya untuk kita tidak memasukan kode referral dari seseorang yang telah memberi kita rekomendasi, karena sudah pasti kita akan menjadi referral dari orang lain pula. Lebih jauh lagi, hal tersebut hanya akan menguntungkan pihak situs dan tidak untuk pihak yang merekomendasi kita. Padahal atas jasa orang itulah kita mengetahui situs tersebut, bukan situs itu yang datang sendiri kepada kita. Anggaplah pemasukan kode referral sebagai balas jasa yang tak akan sebanding dengan keuntungan yang akan kita peroleh di kemudian hari.

Berikutnya adalah faktor karma. Hmm, terdengar angker kata karma sepertinya. Namun coba kita bayangkan jika semua orang memiliki pemikiran yang misalnya sama seperti kita yaitu tak mau memasukan kode referral perekomendasi dan lebih memilih menghapusnya. Maka tak akan ada orang yang mau jadi referral orang lain, dan termasuk orang-orang yang kita rekomendasi nanti tentunya. Dalam program paid to click seperti duit bux, cara untuk mengoptimalkan keuntungan kita adalah memiliki downline referral sebanyak mungkin. Tiap klik yang dilakukan oleh referral kita, maka Rp 50,00 akan otomatis masuk ke saldo kita. Perlu diingat lagi, masuknya Rp 50,00 ini bukannya mengurangi keuntungan downline kita, mereka tetap mendapatkan Rp 100,00 untuk tiap klik iklan seperti apa yang kita dapatkan. Lebih jauh lagi, karena semua orang tak ada yang mau jadi referral orang lain secara cuma-cuma, maka keuntungan terbesar akan ada pada pihak situs. Mereka dengan kuasanya mampu “menjual” atau “menyewakan” kita kepada orang lain, tanpa kita dapat apa-apa. Jadi, ubah mind set kita untuk mau memberi sedikit apresiasi kepada rekomendasi, agar calon referral kita memiliki mind set yang sama dan mau mencantumkan kita sebagai upline mereka. Ingat, ketika kita menanam biji jagung, maka yang akan kita panen adalah buah jagung pula, bukan singkong atau ubi 😀

Terakhir adalah pertimbangan moral dan kesopanan. Ambil saja contoh sederhana seperti ini. Ketika kita melakukan sesuatu dengan jerih payah kita bagi orang lain, dan perlakuan yang kita terima adalah sikap dingin dari orang tersebut, apa yang kita rasakan? Terhina, sakit hati, atau malah marah? Ya tidak separah itu juga sih, tapi paling tidak itu pula yang akan kita rasakan ketika orang yang kita beri rekomendasi mengacuhkan begitu saja kode referral kita. Bukan tidak ikhlas dengan apa yang telah kita perbuat, tapi pencantuman kode referral seseorang ketika proses registrasi, dapat dijadikan suatu bentuk rasa terima kasih belaka. Tak ada salahnya bukan? toh tak merugikan pihak downline sama sekali. Apa sulitnya sih untuk bilang “terima kasih” atau mencantumkan kode referral perekomendasi sebagai upline kita.

Semoga mind set kita yang sebelumnya selalu berusaha mengkosongkan field isian referral berubah menjadi seseorang yang bermoral tinggi dan tahu rasa terima kasih. Jika mau hitung-hitungan secara ekonomis, tak ada ruginya untuk memasukan kode referral perekomendasi. Sekali lagi, kita tak berkurang sepeser pun dari keuntungan yang diraih. Selamat berbisnis dan mencari sesuap nasi serta segenggam berlian di belantara internet 🙂

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

2 komentar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *