Wanita Berselendang Pelangi

Wanita itu ibarat bunga
Jika dikasari akan merusak keindahannya
Bila dinodai kesempurnaannya
Maka akan layu  tak berseri

 

Ia ibarat selembar sutra
Yang mudah robek oleh terpaan badai
Terombang-ambing oleh hempasan angin
Dan basah kuyup meski oleh setitik air

 

Oleh karenanya
Jangan biarkan hatinya robek
Karena telah terluka
Oleh ucapan yang menyakitkan
Karena memang hatinya begitu lembut

 

Jangan pula membiarkannya sendirian
Menantang hidup yang fana
Karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian
Dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman

 

Sebaiknya tak sekalipun
Membuatnya menangis
Oleh sikap yang mengecewakan

 

Karena biasanya tangis itu
Tetap membekas di hati
Meski airn matanya
Tak lagi membasahi kelopak mata

 

Wanita itu bagai mutiara
Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya
Untuk mendapatkan kecantikan yang sesungguhnya
Oleh  Karenanya
Melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya
Niscaya hanya semu yang sesaat
Yang seringkali mampu mengelabui mata

 

Orang harus berjuang menyusuri ombak
Menahan arus dan menantang semua bahayanya
Untuk bisa meraih semuanya
Haruslah memiliki bekal yang cukup

Untuk mendapatkan mutiara yang indah

 

Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang
Maka orang harus mencarinya dengan seksama
Memilihnya dengan teliti
Dan melihat dengan hati-hati
Sebelum menjadikannya pasangan jiwa

 

Karena jika salah memilihnya
Ia tidak akan menjadi sepasang jiwa
Yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta
Melainkan noktah merah menyemai pertikaian

 

Ia tak akan bisa menyamakan langkah
Selalu saja bertolak belakang
Sehingga tak ada kenyamanan dan keserasian
Yang sedia hinggap di taman cinta

 

Hatinya tak mungkin bersatu kembali
Meski seluruh daya telah dikerahkannya
Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin diri
Disaat lengah yang terus merona

 

Wanita memiliki kekuatan luar biasa
Yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya
Yakni kekuatan yang bernama cinta
Dan semerbak  empati dan kesetiaan

 

Dengan cintanya
Ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya
Dengan empatinya
Ia membangkitkan mereka yang terjatuh
Kesetiaannya tak lekang oleh waktu
Dan tak mudah lebur oleh perubahan

 

Dan wanita adalah sumber kehidupan
Yang mempertaruhkan hidupnya
Hanya untuk sebuah kehidupan yang baru
Yang dari dadanya dialirkan air susu
Yang memberikan suatu kehidupan
Sehingga semua pengorbanannya itu
Layak menempatkannya
Pada kemuliaan surga

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Diterbitkan
Dikategorikan dalam KARFIKSI Ditandai

Oleh Rafik

Tiada Mata Tak Hilang Cahaya

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *