Aku dan Cita-Citaku

“Jaka, maju ke depan!” Ibu Juni memanggil namaku. Beliau adalah guru konseling kelas VII di sekolahku, dan merupakan guru favoritku. Dengan agak buru-buru, aku menyambar tongkat yang membantuku untuk berjalan dan segera bangkit dengan hati-hati. Wanda—teman dudukku—seperti biasa membantuku untuk bangkit dari kursi.            Teman-teman sekelasku memperhatikan aku yang berjalan menuju depan kelas. Beberapa di… Lanjutkan membaca Aku dan Cita-Citaku