Di Tengah Kisah

Sejak saat itu, aku dan Findia sering melakukan kontak jarak jauh. Aku menelphonenya pada saat malam hari semua studinya berakhir. Jika aku sudah mengobrol dengannya, dapat memakan waktu yang berjam-jam lamanya. Tapi aku sadar, hal itu akan mengganggu studinya di sana. Sehingga ku kurangi frekuensi menelphone ku sehingga aku mengalihkan jalur komunikasi melalui menulis surat secara manual atau menggunakan e-mail. Hal itu tidak akan mengganggunya karena ia akan membacanya pada saat waktu senggang saja. Oleh karena itu untuk mengurangi rasa rinduku pada Findia, aku mencoba menyibukan diriku dengan lebih aktif dalam kuliah dan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus termasuk masuk ke club sepak bola kampus. Itu disebabkan karena aku memiliki kemampuan untuk berlari secepat angin, jadi percuma kan kalau tidak dimanfaatkan.

Dua Semester sudah berjalan studiku di universitas itu. Aku dan Rindia jadi sering ketemu dan pulang bareng memang karena jalur rumahnya terlewati olehku. Selain itu aku juga sering curhat kepada Rindia sebagai pengobat rinduku kepada Findia. Aku juga sering menceritakan segala sesuatu tentang Findia kepada Rindia dan aku juga bilang bahwa dia mirip sekali segala tingkah laku dan fisiknya dengan Findia. Malah aku pernah bertanya apakah ada hubungan darah antara mereka berdua, tetapi Rindia berkata bahwa ia tidak kenal sama sekali dengan perempuan yang namanya Findia itu.

Sudah lama sekali rasanya aku tidak bertemu dengan sobat karibku Yofi dan Jhonny walaupun kampus kami berdekatan. Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan studiku dan kegiatan luar jam belajar. Saat ku menyempatkan waktu ke kampus Jhonny dan Yofi aku melihat yofi sedang duduk di kantin dan ia melihatku lebih dulu. “Hai bung, sombong nih enggak pernah ke sini-sini lagi. Mentang-mentang pacarnya udah balik ya!” yofi menyindirku sambil menyodorkan sebotol minuman bersoda kepadaku. “Ah pacar yang mana?” tanyaku dengan heran. “makanya jangan kebanyakan pacar dong, itu pacar yang mana lagi yang sering pulang bareng sama elo!” “Oh yang itu, itu bukan pacar gua. Cuman temen kok. Kami pulang bareng karena satu jalan.”, “lah, emangnya elu udah putus sama tuh cewe?” tanya Yofi heran. “Putus?, kapan gua jadian sama dia!” “Lah dulu waktu SMA. Dia Findia kan?” “hahaha…, dia itu bukan Findia. Tapi Rindia. Emang mirip sih orangnya, namanya juga” aku tertawa melihat kesalah pahaman Yofi. “Ooooh gitu. Gua kira Findia kagak jadi ke sana dan jadi satu kampus sama elu!” kata Yofi sambil menahan malu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaku dari belakang dan berkata, “hai bung, masih inget nih sama kita-kita. Terlalu sibuk pacaran ya?” ternyata yang kulihat itu adalah Jhonny yang baru tiba di meja kami. Yofi langsung menjelaskan kepada Jhonny tentang perihal Rindia yang selama ini mereka salah sangka. “Oh sorry deh kalau gitu pras, any way gimana tuh kabar Findia?” tanya Jhonny untuk menyembunyikan ekspresi malunya. “Findia di sana baik-baik aja, and everythings run clearly for her”. “Jadi elu sekarang ngelakuin Long direction relationship nih?”, “Ya begitulah kurang lebihnya”, “Tapi ingat lho pras, orang yang njalanin LDR itu banyak goodan untuk setia terhadap pasangan. Terutama elu sekarang ini, yang di deket elu udah cewe yang nempel sama elu terus” nasihat Jhonny padaku. “Maksud elu apa?”, “Maksud gua, elu jangan terlalu deket sama tuh cewe yang namanya Rindia itu. Karena dia pasti memanfaatkan momen di mana kamu sekarang lagi terpisah jauh sama pacar kamu. Dia pasti akan terus mencoba memasuki kehidupan kamu dan membuatmu lupa akan Findia hingga saatnya ia kembali nanti” kata-kata Jhonny dengan kesan diplomatis.

Aku pada awalnya tidak mempercayai kata-kata Jhonny itu. Aku dekat dengan Rindia tidak ada affair apa-apa, kecuali sekedar teman biasa. Tapi wanti-wanti dari Jhonny mulai terbukti saat aku tidak sengaja bertemu dengan Rindia di perpustakaan. Yang pada saat aku temui, dia sedang membaca buku di sana.
”hai Rin, sedang baca buku apa?” tanyaku dari belakang agak sedikit mengejutkannya. “Oh kamu pras, ini aku sedang baca buku antropologi untuk buat tugas makalah dari dosen. Kalau kamu sendiri mau baca apa?” “Oh aku, aku mau baca buku tentang teori-teori ekonomi klasik. Sama, tugas dari dosen.” Aku mengambil kursi di hadapannya sambil meletakan buku yang sudah ku cari di hadapanku. Pada awalnya aku berusaha untuk konsentrasi dalam membaca buku itu, tapi karena pembahasannya yang berbelit-belit dan aku tergoda dengan wangi semerbak parfum Rindia, akhirnya ku akhiri saja bacaanku dan memilih untuk memandangi wajah Rindia yang sangat cantik, secantik Findia. Rindia sadar jika ia kuperhatikan sedari tadi dan memutuskan untuk menghentikan bacaannya juga. “Sudah selesai mbacanya?” tanyanya. “Sebanarnya sih belum, tapi bosen banget mbacain teori-teori enggak masuk akal dari tokoh-tokoh kapitalis gitu!” jawabku sambil memain-mainkan buku itu. “Oh gitu, kalau aku sudah selesai mbacanya”. Tapi aku tahu bahwa ia menyelesaikan bacaannya karena terganggu olehku. Rindia melanjutkan pembicaraannya, “Oh iya, bagaimana kabarnya Findia?”, “Dia baik-baik saja di sana. Studinya lancar dan ia sehat”. “Kapan studinya selesai di sana?”, “kira-kira dua tahunan lagi tapi ia berjanji akan mempercepat sutdinya di sana. Tapi buatku itu tidak masalah, karena sampai kapanpun aku akan tetap menunggunya”. “Ah…, pasti Findia itu wanita yang sangat beruntung sekali bisa memiliki pacar yang tampan dan setia seperti kamu ini!”, “Oh tidak, malah aku yang merasa sangat beruntung mendapatkan dirinya. Selain dia itu cantik, ia juga baik hati dan telah merubah kehidupanku menjadi lebih baik seperti sekarang ini!”. “Oh…, begitu ya”, aku melihat sedikit ekspresi kekecewaan yang menyelimuti wajah cantik Rindia, dan aku merasa sangat bersalah sekali telah memuji-muji Findia di depan Rindia. Di tengah kesunyian antara kami berdua, tiba-tiba terdengar suara melengking ibu perpus yang memecahkan kesunyian itu. “Hai kalian berdua, kalau mau pacaran di luar aja. Udah mau tutup nih perpusnya!”. aku segera mengembalikan buku yang tadinya ku baca dan segera mengikuti Rindia yang sudah bergegas keluar sebelumnya.

Setelah mengetahui tanggapan Rindia tentang Findia, aku tahu bahwa sebenarnya Rindia menyimpan perasaan terhadapku. Ah, memang terdengar kelewat gr sih, tapi aku mengetahui itu dari pengalamanku bercinta selama ini. Biasanya kalau ada cewe yang ndekatin cowo atau sebaliknya, si cewe atau cowo itu akan enggak suka kalau targetnya itu memuji-muji orang lain. Jadi ternyata benar apa yang di katakan dengan Jhonny.

Last Updated on 13 tahun by Dimas Prasetyo Muharam

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

7 komentar

    1. wah kok bisa nyasar ke cerpen ini ya? haha. terima kasih ya sudah membaca. hati2 di perjalanan.

  1. isi tulisannya dalem banget tapi jangan terlalu baper bro dengan wanita, takutnya terlalu baper malah menjadi sebuah kekecewaan *pengalaman*

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *