MENGATASI KETERBATASAN TANPA BATAS

Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafira.

Terakhir diperbaharui 5 tahun oleh nuurfathimah

PKKMaba di FKUB 2014

PKKMaba di FKUB 2012

Setiap orang memiliki cita-cita, keinginan dan harapan, begitu pula saya. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Sidoarjo tahun 2012, saya ingin kuliah di jurusan pendidikan dokter, di tahun tersebut saya mengikuti SBMPTN 2012 dan Ujian Mandiri Unair gelombang 1, namun semuanya gagal. Setelah itu saya mengikuti Seleksi Masuk UB ( Selma UB) 2012 alhamdulillah diterima di jurusan keperawatan. Saya pun resmi menjadi mahasiswa keperawatan Universitas Brawijaya dan menjalani serangkaian kegiatan mahasiswa baru pada umumnya.

Waktu berlalu begitu cepat, saya berhasil melalui semester pertama saya dengan IP yang cukup baik. IP pertama saya 3,39. Namun tampaknya ibu masih belum setuju jika saya kuliah di jurusan keperawatan bahkan setelah 1 tahun di jurusan tersebut. Sehingga saat memasuki tahun ajaran 2013 saya mengikuti SBMPTN 2013 dan gagal lagi. Tapi saya bersyukur diberikan kesempatan kedua oleh Allah untuk berkuliah di Poltekkes Kemenkes Malang jurusan kebidanan sesuai dengan keinginan ibu. Tak lama dari pengumuman kelulusan tersebut, saya mengundurkan diri dari Universitas Brawijaya meskipun sempat diminta oleh kepala program studi untuk mempertimbangkan ulang keputusan saya.

Saya pun melalui masa karantina dan orientasi jurusan kebidanan di poltekkes selama 1 minggu. Namun beberapa hari kemudian saya mengalami gangguan kesehatan dan orang tua saya dipanggil untuk menjemput saya. Lebih dari 2 bulan saya belum bisa mengikuti pembelajaran di poltekkes. Menurut peraturan akademik poltekkes,  presensi perkuliahan saya kurang dari batas minimal yang telah ditetapkan, dan jika hal tersebut terjadi, maka saya dianggap gugur dan harus membuat pernyataan pengunduran diri yang ditujukan kepada Direktur. Saya ingat betul betapa sedihnya orang tua saat itu, termasuk juga saya.

Baca juga:  GADIS PENGHARAPAN

Alhamdulillah saya banyak mendapat motivasi, dan semangat untuk kuliah di PTN tahun 2014. Sekitar 3 bulan kemudian saya mulai belajar dan mengerjakan latihan soal. Saya mengikuti bimbingan les yang di diadakan oleh kawan ayah. Beliau pun menyarankan saya untuk mengambil bidang pendidikan, menjadi guru dan melupakan impian saya untuk menjadi dokter, mengingat jumlah peminat yang tetap tinggi namun jumlah kursinya terbatas.

Mendekati ujian masuk perguruan tinggi, saya mencari informasi tes SBMPTN dan tes mandiri yang diadakan tiap universitas. Saya tidak peduli dengan prediksi guru saya jika kemungkinan gagal akan lebih besar daripada kesuksesannya saat mengambil jurusan pendidikan dokter. Beberapa ujian seleksi masuk universitas pun saya ikuti, diantaranya: Ujian Mandiri Unair gelombang 1, SPMB Mandiri UIN Syarif H. 2014, SBMPTN 2014, SIMAK UI 2014, UMPTAIN 2014, UM Univ. Negeri Malang, Ujian Mandiri Unair gelombang 2, UM Undip 2014, Mandiri UIN Surabaya. Selain jurusan kedokteran, jurusan di bidang pendidikan pun saya coba sesuai saran guru saya

Beberapa minggu kemudian, hasil pengumuman ujian mulai tersebar di website perguruan tinggi. Hasil pengumuman Ujian Mandiri Unair gelombang 1, SBMPTN 2014, SIMAK UI 2014, UMPTAIN 2014, UM Univ. Negeri Malang, Ujian Mandiri Unair gelombang 2, UM Undip 2014 menyatakan bahwa saya belum berhasil. Saya tidak menyangka jika saya juga gagal mendapatkan bangku kuliah bidang pendidikan. Saya sedih dan ikhlas pada hasil tersebut, dan dilanjutkan dengan mulai mencari pendaftaran di perguruan tinggi swasta, dan tidak mengambil jurusan pendidikan dan kedokteran. Beberapa hari kemudian, pengumuman mahasiswa yang diterima di UIN Syarif Hidayatullah jalur SPMB Mandiri dalam bentuk pdf pun tersebar. Saya mencari nama saya di daftar fakultas tarbiyah, namun tidak ada. Dan melanjutkan pencarian dengan menekan tombol Ctrl+F, lalu mengetikkan nama saya di dalam kolom pencarian. Dan Alhamdulillah nama saya berada di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan jurusan Pendidikan Dokter.

Baca juga:  AKU RAIH MIMPI BERSAMA KP2I (KOMUNITAS PEDULI PENDIDIKAN INDONESIA)

Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafira.

Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, siapa yang sabar akan beruntung.

Foto Mahasiswa Baru Kedokteran UIN Jakarta 2014

 

Beri Pendapatmu di Sini