Pemuda Bertongkat Putih

Semangat muda mengawali semua asa.
Berbekal tongkat dan hafalan.
Dia berani hadapi tantangan dunia.
Meski gulita telah setia menjadi teman.

Fisi dan misinya begitu mulia.
Mengangkat harkat dan martabat senasibnya.
Dalam satu naungan, sebuah yayasan.
Di sanalah banyak hikmah bertebaran.

Pak Soepardi Abdul Shomad namanya.
Berjuang sebagai santri di Krapyak.
Iklas mengabdi sebagai guru biola.
Di panti sosial belakang rumah sakit mata.

Pak Pardi, tulus nuraninya, dan besar jiwanya.
Kala berkunjung di perpustakaan Islam Sentral usai mendapatkan Alqur’an braille dari seorang rekan.
Dia disangka peminta buta yang sengsara.
Namun, dia mampu membuktikan.
Tunanetra itu bisa, sesuai bakatnya.

Syahdan, dia berjaya berunding dengan sang pimpinan perpustakaan.
Sama sepakat dalam cita-cita.
Maka, berdirilah sebuah yayasan Islam bagi si tongkat putih.
Memuliakan ilmu dan merapatkan barisan persaudaraan.

Satu persatu impiannya terwujud.
Kebahagiaan pun dirasanya sudah.
Hingga kini, yayasan itu masih tegak berdiri.
Rumah bagi mereka yang berkekurangan pada mata.

Namamu masih ada, meski raga telah tiada.
Melegenda bersama perjalanan masa.
Semoga inspirasimu menjadi lentera.
Semoga engkau selalu damai sejahtera dan diampuni segala dosa.
Semoga Allah menyayangimu.

Bantul, 28 Oktober 2021

Keterangan tambahan:
Puisi tersebut saya tulis sebagai bentuk rasa syukur karena Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tahun, membuat kita semakin paham, betapa berharganya generasi muda bagi negeri ini. Semoga permasalahan yang kerap terjadi pada kalangan pemuda kita lekas selesai. Selain itu, puisi tersebut juga bentuk apresiasi saya terhadap almamater saya. Sebuah institusi pendidikan dan pemberdayaan (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta) yang mengajarkan saya akan banyak hal, sehingga tetap terjaga kemauan untuk mandiri secara fisik dan mental sampai detik ini. Dan, saya pun berharap, semoga kita terus bertumbuh sesuai sektor yang kita minati, agar semakin berqualitas nilai kemanfaatan diri kita bagi masyarakat.

Last Updated on 5 bulan by Redaksi

Diterbitkan
Dikategorikan dalam KARFIKSI Ditandai

Oleh Akbar Ariantono Putra

Seorang yang masih perlu banyak belajar dan berusaha memahami diri sendiri juga orang lain

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *