Tips menghindari bully di pendidikan untuk penyandang disabilitas

Terakhir diperbaharui 5 tahun oleh Redaksi

Medan, tertanggal 17 Juli 2017 yang lalu, saya mendengar berita yang diulang-ulang mengenai tiga orang mahasiswa yang membully satu orang mahasiswa disabilitas di Universitas Gunadarma.
Yang di bully itu autis. Autis adalah keadaan dimana seseorang berada di dunianya sendiri. Autis termasuk ke dalam disabilitas mental.
Farhan di berita yang disiarkan oleh SCTV mengatakan bahwa ada kemungkinan penyababnya adalah bercanda berlebihan.
Apabila ini benar, maka butuh pendidikan untuk berhati-hati dalam berbicara, menulis, bercanda guna menghindari sakit hati yang akan lebih baik ditanamkan sejak dini.
Sebenarnya, saya kurang suka apabila melihat sebab dari bully itu terjadi. Saya lebih suka melihat akibat dari bully, cara menanganinya dan cara untuk mencegah supaya bully tidak terjadi.
Farhan, selain mengatakan hal diatas, beliau juga berkata, “Kalau dilihat yang di bully yang salah, masa dibiarkan di bully sampai mati?”.
“Ada tips untuk orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Yang pertama, orang tua harus terbuka terhadap lingkungan mengenai keadaan anak itu. Kedua, ajarkan empati.” lanjut Farhan.
Menurut saya, empati perlu diajarkan dan lebih baik sejak dini. Kenapa? Karena dengan empati, maka orang akan cenderung perduli. Lalu, bagaimana cara berempati?
Berempati itu adalah merasakan apa yang orang rasakan, memikirkan akibat atas perilakunya. Namun, apabila merasakan sampai terbawa, maka itu bukan empati tapi simpati.
Selain menjadi perduli, manfaat dari empati adalah mencegah perilaku membully secara mental ketika seseorang kesusahan dan atau sedang curhat. Biasanya, zaman sekarang saat orang susah malah ditertawakan, dihina, diejek, dibiarkan, dilempar sana-sini, dibuang, diasingkan.
Mari kita menjadi lebih baik dari sekarang.

Oleh Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono

Nama lengkap saya adalah Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono, biasa dipanggil Tyas. Sejak 2012-sekarang saya mengalami halusinasi suara, jangan takut sama saya, 2013-2016 mengalami penurunan penglihatan (low vision) dan hingga kini terganggu penglihatan. Saya ini orangnya kritis :)

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *