Ceritaku (3-4)

Hai, ketemu lagi denganku di hari yang cerah ini. Udara yang masih segar membawa efek positif bagi ingatanku yang langsung berjalan mundur melewati alur-alur waktu yang berwarna-warni dengan suka duka yang silih berganti. Seingatku aku sudah bercerita tentang awal perjalananku menuju dunia tunanetra. Kini saatnya bagiku melanjutkannya, yaitu ke akhir tahun 2004. Ketika itu aku… Lanjutkan membaca Ceritaku (3-4)

CERITAKU (2-4)

Tentu bukan itu saja pengalaman yang menandai akhir dari penglihatan normalku. Pernah pula aku terjatuh di jalan menuju kelasku. Jalan yang membentang mulai dari gerbang sekolah hingga ke pintu yang mengarah ke koridor-koridor di depan ruangan-ruangan kelas itu berlapis aspal sehingga sangat mulus untuk dilewati kendaraan. Namun tidak begitu halnya saat bersentuhan dengan kulit manusia.… Lanjutkan membaca CERITAKU (2-4)

Ceritaku (1-4)

Pagi yang indah ya, kendati pun langit agak mendung seperti kemarin. Mungkin hujan yang mengguyur kota Subang dua hari yang lalu itu masih ingin meninggalkan jejak berupa warna kelabu di awan. Seperti biasa aku memulai kegiatanku dengan mandi pagi yang hampir selalu kulakukan langsung setelah bangun pagi. Hehehe, mungkin karena sudah menjadi kebiasaan, jadi aku… Lanjutkan membaca Ceritaku (1-4)

Menggapai Asa

Terseok langkah di terjal jalan Kejar cahaya asa Peluh mengaduh di liku jalan Memburu hasrat yang jauh Tangan terulur menjangkau Bersaksi langit hitam Kelam warnai langkah Lari! Desak hati dalam mimpi Peluh jelmakan darah Mengalir di persimpangan Tertatih dalam paksaan asa Diperbudak ambisi Tidak ada kata berhenti Berhenti berarti mati Jalan ini masih jauh Langkah… Lanjutkan membaca Menggapai Asa

Diterbitkan
Dikategorikan dalam KARFIKSI Ditandai

Minah

Minah terisak. Wajahnya yang berurai air mata dibenamkan ke kedua telapak tangannya. Sementara itu seorang pemuda bertubuh kurus dengan penampilan sederhana mencoba menghiburnya.    *** “Sudahlah dik, jangan nangis terus. Mbok pun nggak akan suka kalau kamu sedih terus.” Sebelah tangannya yang kurus terulur merangkul adiknya. Ialah Parto, kakak Minah satu-satunya. Saat itu ibu mereka… Lanjutkan membaca Minah

Kenangan pada Sesisir Pisang

Suasana sangat ramai, hiruk-pikuk kegiatan pasar terdengar di telingaku. Aku terus saja berjalan menembus kerumunan tanpa mempedulikan aneka macam bau khas pasar yang menguar di udara. Tidak hanya sekali aku menyenggol orang-orang yang lewat. Pasar padat seperti biasa. Kuayunkan langkahku semakin lama semakin cepat menuju ke kios penjual pisang yang terletak di sudut pasar. Suara… Lanjutkan membaca Kenangan pada Sesisir Pisang