Kemilau Purnama (part 2)

“Benar-benar anak macan dia”! Aria mengusap peluh di dahinya. Kini dua kakak beradik itu tengah duduk menyantap makan malam. “Hus! jangan berkata begitu lah! bagaimanapun dia itu ponakanmu”! Rangga melotot pada adiknya yang cengegesan. “Jadi kapan kita pulang! aku takut orang-orang serem itu mengejar sampai ke sini”! “Besok pagi kita pulang ke Jakarta”. Rangga menjawab… Lanjutkan membaca Kemilau Purnama (part 2)

Kemilau Purnama (part 1)

Mau nyoba buat cerita bersambung nih! semoga ada yang mau membaca dan memberi masukan. *** Rintik hujan mulai turun, kabut tipis merambat pada pepohonan, sangat menyulitkan mereka para penduduk pedalaman yang sedang berjalan. Di atas dipan bambu itulah Rangga terbaring. Malam sudah hampir mendekati jantungnya, tapi kedua mata pemuda malang itu belum juga terpejam. Sesekali… Lanjutkan membaca Kemilau Purnama (part 1)

Kejutan untuk Radit

Aku menatap prihatin wajahku. Cermin itu kurasa, telah membohongiku telak. Tapi, coba ku perhatikan lagi, memang wajahku agak pucat. Rupanya mengetik sampai setengah empat subuh tadi telah berdampak beberapa kejadian buruk ketika ku terbangun. Selembar kertas bertuliskan pesan tergeletak di mejaku. ”Tadi bapak masuk kamar kamu, maaf kalau bapak nggak sopan! Habis ini penting, Abdul… Lanjutkan membaca Kejutan untuk Radit

Ceritaku (4-4)

Begitulah yang kualami di rumah sakit mata tersebut. Berdasarkan anjuran dokter seminggu kemudian aku datang ke ruang Low Vision WG dan bertemu dengan Bu Desi yang baik hati. Beliau lalu mengajariku membaca braille. Sebelum mulai mengajari beliau memberiku selembar kertas tebal berisi alfabet braille yang harus kuhafalkan. Huruf-huruf itu berupa titik-titik timbul yang membentuk pola… Lanjutkan membaca Ceritaku (4-4)

Ceritaku (3-4)

Hai, ketemu lagi denganku di hari yang cerah ini. Udara yang masih segar membawa efek positif bagi ingatanku yang langsung berjalan mundur melewati alur-alur waktu yang berwarna-warni dengan suka duka yang silih berganti. Seingatku aku sudah bercerita tentang awal perjalananku menuju dunia tunanetra. Kini saatnya bagiku melanjutkannya, yaitu ke akhir tahun 2004. Ketika itu aku… Lanjutkan membaca Ceritaku (3-4)

Kisah di Masa Lalu

Aku panik. Keringat dingin perlahan membasahi tanganku. Teman-temanku banyak yang saling mengucapkan selamat karena telah lulus UAN, sementara aku tegang menanti siapa yang akan bersedia membacakan pengumuman itu di mading sekolah. Beberapa kawan telah berusaha mencari namaku tapi .. “Gak ada, Dit, padahal gw cari nama loe dari abjad pertama. Tapi kok gak ada ya?”… Lanjutkan membaca Kisah di Masa Lalu

CERITAKU (2-4)

Tentu bukan itu saja pengalaman yang menandai akhir dari penglihatan normalku. Pernah pula aku terjatuh di jalan menuju kelasku. Jalan yang membentang mulai dari gerbang sekolah hingga ke pintu yang mengarah ke koridor-koridor di depan ruangan-ruangan kelas itu berlapis aspal sehingga sangat mulus untuk dilewati kendaraan. Namun tidak begitu halnya saat bersentuhan dengan kulit manusia.… Lanjutkan membaca CERITAKU (2-4)

Kisah sebuah Nama

Sebulan sudah Abdul dirawat, kabar terakhir yang diterima Radit kondisi Abdul mulai membaik, kelainan pada jantungnya tidak membawa Abdul kedalam situasi yang membahayakan.   ”Mudah-mudahan dia masih bisa daftar kuliah kalau sembuh nanti!” harap Radit dalam hati. Hanya sesaat pikiran Radit melayang pada sahabatnya, kemudian Radit mulai mengotak-atik link situs yang sedang dibukanya. Screen reader… Lanjutkan membaca Kisah sebuah Nama

Ceritaku (1-4)

Pagi yang indah ya, kendati pun langit agak mendung seperti kemarin. Mungkin hujan yang mengguyur kota Subang dua hari yang lalu itu masih ingin meninggalkan jejak berupa warna kelabu di awan. Seperti biasa aku memulai kegiatanku dengan mandi pagi yang hampir selalu kulakukan langsung setelah bangun pagi. Hehehe, mungkin karena sudah menjadi kebiasaan, jadi aku… Lanjutkan membaca Ceritaku (1-4)