GELIAT TEKNOLOGI BUKA TAMBANG EMAS BAGI DIFABEL NETRA

Geliat teknologi tengah menjadi primadona di zaman digital ini. Begitu banyak orang membicarakan keunggulan maupun kekurangan akan keberadaannya. Kehebatannya seakan menjadikan segala hal yang mustahil dapat menjadi nyata. Bagaimanapun juga, tak terpungkiri peran teknologi khususnya internet telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia dari berbagai kalangan termasuk di dalamnya adalah difabel.

Masyarakat difabel hingga sekarang ini masih dikenal sebagai kelompok masyarakat yang termarginal. Masih banyak orang mendifinisikan difabel sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan maupun perbedaan kemampuan dalam aktivitas sehari-harinya. Realitanya, dengan segala keterbatasan baik fisik maupun mental yang ada pada diri mereka, kini bukan lagi menjadi permasalahan besar. Hal ini pun telah terbukti pada kehidupan difabel netra.

Sesuai dengan istilah, difabel netra merupakan orang-orang yang mempunyai “different ability” atau perbedaan kemampuan dalam hal penglihatan. Kehadiran teknologi seolah menyulap keterbatasan penglihatan mereka menjadi tidak ada lagi.

Baca:  Diperlukan Rancangan Legislasi bagi Pendidikan Pelajar Tunanetra dan Tunarungu

Bentuk kecanggihan teknologi tersebut adalah dengan adanya pembaca layar atau screen reader untuk handphone dan komputer. Jika sebelumnya, difabel netra terbantu dengan adanya aplikasi Talk” untuk handphone berbasis symbian, kini teknologi menawarkan berbagai macam jenis pembaca layar untuk smartphoen berbasis android maupun IOS. Screen reader bagi android diantaranya ada Talkback, Sign plus, dan Talk voice offer. Kemudian, untuk pembaca layar pada IOS ada Voiceoffer. Pembaca layar tersebut dapat diunduh di playstore tanpa berbayar. Bahkan, untuk jenis pembaca layar seperti Talkback pada android dan Voiceoffer pada I-phone sudah menjadi aplikasi bawaan pada telepon pintar tersebut.

Selanjutnya, dengan adanya asisten suara tersebut, difabel netra dapat dengan mandiri berkomunikasi dan membuka wawasan melalui internet.

Selain itu, teknologi juga memberikan fasilitas software asisten suara untuk komputer seperti JAWS (Job Access with Speech) dan NVDA (Non-Visual Desktop Access). Dengan demikian, komputer yang digunakan dapat mengeluarkan suara yang sering juga disebut komputer bicara. Asisten pembaca layar tersebut membantu difabel netra mampu mengoperasikan smartphone dan komputer tanpa memerlukan relawan lagi untuk membacakan teks yang tertera pada layar.

Selain pembaca layar, para pengembang terus berinovasi untuk menyediakan aplikasi pendukung kemandirian bagi difabel netra. Beberapa aplikasi tersebut antara lain Be my Eyes Eye D, AMR, dan masih banyak lagi. Be My Eyes merupakan aplikasi pembantu difabel netra yang berbasis video call. Difabel netra bisa menghubungi relawan yang telah terdaftar di Be My Eyes untuk mendeskripsikan tulisan atau benda-benda yang ingin diketahui penjelasannya. Aplikasi lain yang juga berperan penting bagi difabel netra adalah AMR. Aplikasi ini adalah aplikasi yang mampu mendeteksi nominal uang dengan cara mengarahkan kamera ke uang tersebut. Setelah itu, akan terdengar suara yang menyebutkan nominal uang.

Baca:  Perbedaan Job Fair Umum Dengan Job Fair Difabel

Munculnya aplikasi-aplikasi tersebut tentunya turut mendukung kemandirian difabel khususnya difabel netra. Hal tersebut telah terbukti dengan semakin meningkatnya penerimaan difabel netra untuk menempuh pendidikan di sekolah umum dan penerimaan tenaga kerja difabel baik di pemerintahan maupun swasta.

Hingga tahun 2018 ini, belum seluruh pihak sekolah maupun perusahaan mengenal aplikasi-aplikasi pendukung yang bisa membantu difabel netra untuk mandiri tersebut. Tetapi, tidak sedikit pula sekolah umum dan perguruan tinggi yang berani mulai mencoba memberikan kesempatan bagi difabel netra untuk duduk bersama memperoleh pendidikan setara siswa non-difabel. Sekolah-sekolah inklusif tersebut ada yang telah menerapkan sistem pembelajaran berbasis komputerisasi. Namun, ada pula yang masih menggunakan sistem konvensional atau perlunya pendamping untuk siswa atau mahasiswa difabel netra.

Salah satu contoh perguruan tinggi yang telah menerapkan sistem perkuliahan berbasis komputerisasi untuk mahasiswa difabel netra adalah Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Hampir seluruh kegiatan perkuliahan bagi difabel netra di kampus ini berbasis komputerisasi. Pihak universitas memberikan kesempatan mahasiswa difabel netra di program studi Sastra Inggris ini untuk mandiri dalam proses perkuliahannya. Setiap dosen membersiapkan materi kuliah, quiz, dan soal ujian dalam bentuk soft copy. Lalu, mahasiswa difabel netra dapat mengaksesnya dengan komputer bicara.

Bahkan, sistem perkuliahan tersebut juga diterapkan bagi mahasiswa non-difabel di kampus ini. Dosen mengunggah materi ke website kampus sehingga mahasiswa bisa mempelajarinya sesuai yang diinginkan. Bagi yang ingin mempelajari materi melalui soft file, bisa membacanya melalui gadget masing-masing. Sedangkan bagi yang lebih nyaman membaca dalam bentuk buku cetak, bisa mencetaknya menjadi hard copy. Selain mendukung program go-green, pihak Udinus telah mencoba menciptakan perkuliahan yang aksesibel bagi difabel netra.

Peran teknologi berikutnya yang mendukung kemandirian bagi difabel netra yaitu di bidang kesempatan kerja. Dengan adanya teknologi atau internet, difabel netra mampu bekerja seperti halnya non-difabel. Beberapa profesi yang terdukung oleh kecanggihan teknologi antara lain dosen, penulis, jurnalis, staf hotel, customer service, blogger, dan composer musik. Sebagian aktivitas profesi tersebut berkaitan dengan teknologi dan internet.

Baca:  Gak Punya Uang dan Gak Bisa Tidur?? Coba Dech Resepnya dengan Internet....!!

Sebagai contoh, salah satu difabel netra yang menjadi pengajar di program pasca sarjana Pendidikan Luar Biasa di ssalah satu universitas di Bandung menggunakan scanner box untuk mempermudah membaca tugas-tugas mahasiswanya. Fungsi scanner bagi difabel netra salah satunya adalah mengubah file yang berupa hard copy menjadi soft copy yang dapat dibaca oleh pembaca layar di komputer. Berikutnya, untuk profesi penulis dan jurnalis dengan keterbatasan penglihatan, mereka dapat mengakses internet untuk menambah referensi pengetahuan sebagai sumber data untuk tulisannya.

Difabel netra pun kini dapat mobilitas secara mandiri dengan aplikasi transportasi online. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan lagi tuntutan pekerjaan yang meminta mereka mobilitas dengan cepat.

Keunggulan lain dari internet bagi difabel netra adalah terbukanya kesempatan untuk menambah jejaring baik dari dalam maupun luar negeri. Internet mampu menghubungkan para penggunanya dari seluruh penjuru dunia dengan sosial media maupun surat elektronik. Dengan bantuan teknologi dan internet, orang mampu melakukan panggilan dan mengirimkan pesan ke siapa pun hanya dengan sentuhan jari.

Hal-hal tersebut di atas merupakan bukti nyata peranan penting teknologi dan internet dalam mendukung kemandirian difabel netra agar dapat setara dengan non-difabel. Meskipun memiliki keterbatasan, dengan berbekal pendidikan maka kemampuan diri difabel netra pun dapat meningkat. Kemudian, Keahlian yang setara dengan non-difabel itulah yang nantinya bisa menjadi pertimbangan pihak swasta maupun pemerintah untuk menerima tenaga kerja difabel.

Kemandirian difabel turut menjadi faktor pendukung kemajuan bangsa. Semakin banyak difabel yang mampu terlepas dari kebodohan dan kemiskinan, hal ini pun bisa menjadi pendorong kemakmuran negeri.

Tulisan ini merupakan nominasi pada lomba esai opini Manfaat Internet untuk Kemandiriaan Difabel #12KartunetBerkarya. Silakan vote tulisan ini untuk mendukungnya sebagai nominasi terbaik.

Bagikan artikel ini
Agus Sri Giyanti
Agus Sri Giyanti

Hello there!

Articles: 1

22 Comments

  1. Artikelnya menarik dan sangat informatif, saya jadi tahu lebih banyak mengenai berbagai kemajuan teknologi dan dampaknya dari sudut pandang yang berbeda. Teruslah menulis dan menginspirasi.

  2. Sisi positif dr perkembangan teknologi. Keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk mendapat informasi yg tidak terbatas. Tentu saja dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi.

  3. Betul sekali. Teknologi skg sangat mampu menanggulangi keterbatasan yg ada. Beberapa teman saya yg tunanetra pun dpt mengikuti perkuliahan sampai akhir tanpa masalah, malah ada bbrp yg sudah lulus dgn gelar cumlaude. ?
    Semangat Agustusa! Go make your dreams come true!

Leave a Reply