15 tunadaksa, 8 tunagrahita, serta 1 penyandang autistik yang berasal dari pulau jawa, sumatera, dan bali. Drama yang mengusung Judul Sang Muriang ini, ditampilkan di sepanjang acara dengan diselingi penampilan lainnya di tiap pergantian babaknya.
Di dalam kemeriahan acara tersebut, masing-masing perwakilan dari golongan penyandang Disabilitas juga membuka stand pameran. Tiap-tiap stand dijaga oleh masing-masing perwakilan yaitu Mbak Farida dari YPAC yang mewakili tuna daksa, Mbak Tasya dari SOINA olympic organisasi yang memfasilitasi anak tuna grahita ke berbagai event olah raga terutama di luar negri, ada juga Mitut yang mempresentasikan anak autis, ada Mbak Revita yang mewakili Yayasan sehjira.
adapun kartunet sendiri yang bertindak mewakili penyandang tunanetra di acara tersebut, membuka stand tekhnologi di sana. Kami menampilkan alat-alat tekhnologi yang akses bagi tunanetra. Seperti jam bicara, jam braille, kalkulator bicara, alat pendeteksi warna, alat tulis braille, dan alat perakam digital aksesible. Selain itu kami juga menghadirkan permainan yang akses bagi tunanetra yaitu rubik aksesibel. Untuk menarik pengunjung, kami mendemonstrasikan audio game aksesibel yang dapat dimainkan di komputer seperti top speed, crazy dark, dan hunter. selain itu, Kami juga memutarkan jinggle Kartunet yang akan segera diresmikan dalam waktu dekat ini. Namun yang tidak kalah pentingnya, kami mendemonstrasikan komputer bicara agar pengunjung tau bahwa tunanetra juga mampu bersaing di dunia masyarakat yang ingklusif terutama dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
Oleh karena itu, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Panitia bidang kesenian HariInternational penyandang disabilitas, PPCI, dan Mensos yang diwakili oleh Vera Yolanda, Hera dan Trian Airlangga. Terimakasih juga untuk Kemal Vivaveni Mochtar (@kemalbunder) dan Dewi Hughes, yang telah bersedia mampir di stand kartunet sekaligus berbincang-bincang dengan perwakilan Kartunet, untuk menyampaikan rasa antusiasmenya terhadap kartunet.
Last Updated on 7 tahun by Redaksi