Siswa Disabilitas Siap Hadapi Ujian Nasional

Jakarta, Kartunet.com – Kecemasan itu kembali datang, Ujian Nasional (UN) yang penuh kontroversi dan perdebatan nyatanya akan tetap dilaksanakan tahun ini. Siswa SMA lah yang akan mendapat giliran pertama untuk menghadapinya, 16 April 2012 nanti. Tak terkecuali siswa disabilitas yang ada dibeberapa sekolah.


 


Fahri, siswa kelas XII SMAN 34 Jakarta, yang seorang tunanetra ini, berusaha mempersiapkan segalanya sebaik mungkin dengan banyak berlatih soal. “Ikut PM (pendalaman materi) di sekolah dan pelajari soal dari internet dan buku-buku,” tulisnya dalam pesan singkat kepada Kartunet.com. Di tengah lingkungan sekolah yang belum menerapkan pendidikan inklusif dan terpadu, siswa disabilitas biasanya diminta membawa pembaca soal untuk membantu membacakan beberapa soal ujian. “Tapi aku lebih suka pake soal braile aja,” cerita Fahri.

Baca:  Diskriminasi SNMPTN 2014 Ditanggapi Berbeda oleh Perguruan Tinggi

 


Persiapan yang matang juga dilakukan siswa serta guru-guru di SMAN 66 Jakarta. “Kami sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan ujian,” tutur Nurul ‘Aini Fitri Yanti, S.Pd, Humas SMAN 66 Jakarta kepada Kartunet.com disela-sela waktu mengajarnya. Berbeda dengan SMAN 34 Jakarta, SMAN 66 Jakarta sudah menerapkan pendidikan inklusif dan terpadu. Tahun ini, ada dua siswa disabilitas yang akan turut serta dalam UN. Nur Kholidah adalah salah satu siswa yang berhasil Kartunet.com hubungi.


 


Menurutnya, sejauh ini guru-guru sudah cukup membantu dalam mempersiapkan ujian nasional. Tapi bukan berarti tidak ada kendala sama sekali, Nur Kholidah sedikit berkeluh. Pelajaran yang mengandung banyak unsur gambar agak sulit untuk dipahami oleh seorang tunanetra seperti dirinya. “Biasanya matematika sama geografi,” tuturnya. “Sampai saat ini memang belum ada cara untuk deskripsiin gambar, kayak gambar lempeng bumi, itu kan susah banget. Guru yang bacain soal pun pasti bingung menjelaskannya,” Nur melanjutkan.


 


Selama ini, Nur hanya berusaha mengasah instingnya dalam membayangkan gambar-gambar tersebut. Terkadang, dirinya juga meminta saran kepada senior-seniornya yang sudah terlebih dahulu lulus, cara untuk menyelesaikan beberapa soal gambar yang menyulitkan tersebut.


 


SMAN 66 Jakarta sendiri merupakan salah satu sekolah, yang sejak tahun ajaran 1999-2000, ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan pendidikan terpadu. Dalam pendidikan terpadu, siswa disabilitas mendapatkan pelayanan pendidikan yang setara dengan anak nondisabilitas lainnya. Kurikulum, materi pelajaran dan sistem ujian pun sama. Dalam kegiatan belajar-mengajar setiap hari, biasanya pihak sekolah menyediakan laptop serta beberapa perangkat lainnya yang dirasa mampu membantu proses belajar bagi siswa disabilitas.  


 


Terhitung sejak tahun kelulusan 2001-2002, SMAN 66 Jakarta telah meluluskan sekitar 21 peserta didik disabilitas. Adapun perinciannya adalah 12 siswa tunanetra, 1 siswa low vision, 6 siswa tunarungu, dan 2 siswa autis.

Baca:  Mendaki Gunung Versi Tunanetra

 


Siswa disabilitas disekolah ini banyak pula yang berprestasi, serta beberapa mampu menembus seleksi perguruan tinggi yang cukup kompetitif. Proses pembauran antara siswa disabilitas dan nondisabilitas juga bisa dikatakan cukup berhasil. “Selama ini siswa disabilitas tidak pernah ada yang bermasalah,” singkat salah seorang guru di SMAN 66 Jakarta.


 


Dengan adanya pendidikan inklusi dan terpadu, diharapkan mampu meningkatkan kepedulian sesama siswa di sekolah. Sesuai dengan Permendiknas nomor 70 tahun 2009, yang menyebutkan bahwa pendidikan inklusif bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. (Aji)


Editor: Risma

Bagikan artikel ini
Pratama Siwiaji
Pratama Siwiaji
Articles: 4

Leave a Reply