Membangun Sistem Kontrol Jakarta yang Ramah Difabel

Sebagai ibukota, Jakarta menjadi parameter untuk banyak hal di Indonesia. Satu hal yang tak luput patut dimiliki oleh kota sebesar Jakarta adalah fasilitas dan layanan umum yang ramah bagi warganya. Namun disayangkan, infrastruktur sarana kota masih jauh darikata nyaman, apalagi bagi warga dengan disabilitas. Perlu adanya dorongan dari publik ke para pemangku kepentingan untuk menjamin aksesibilitas dan kenyamanan fasilitas umum bagi mereka. Sebab, ketika kota ini nyaman dan tak ada kendala bagi penyandang disabilitas bermobilitas, maka akan lebih nyaman juga keadaannya bagi warga pada umumnya.

Keinginan itu yang mendorong aku hadir ke undangan yang diadakan oleh mbak Retta dari Indorelawan untuk bertemu dengan mas Willy dan tim dari @InfoJakarta. Janji ketemu di Pasific Place Mall jam 1 siang, al-hasil baru sampai sekitar jam 14:30 WIB sembari menembus hujan sepanjang perjalanan menggunakan bus Trans Jakarta. Bukan hal mudah menggunakan moda transportasi ini apalagi di kala hujan. Bidang lantai yang licin, masih ditambah terkena air hujan ketika turun bus, dan jauhnya perjalanan untuk transit antar koridor. Namun anggap saja bagian dari perjuangan karena objektif dari pertemuan ini adalah menemukan gerakan kolaborasi sebagai follow up dari momentum blusuan gubernur DKI Joko Widodo bareng penyandang disabilitas tanggal 4 Juli silam.

Mengenal dulu beberapa pihak yang hadir dalam pertemuan siang tadi. IndoRelawan adalah platform kolaborasi bertujuan mempertemukan antara masyarakat yang ingin volunteering dengan lembaga atau LSM yang membutuhkan dukungan volunteer. Keberadaan IndoRelawan tidak hanya sebagai penyampai informasi mengenai lembaga yang memerlukan dukungan, akan tetapi dapat berperan menyaring calon volunteer untuk disesuaikan dengan skill requirements lembaga. Aksi ini sangat membantu lembaga, LSM, atau komunitas dengan dana terbatas untuk tetap menjalankan kegiatan sosial atau pemberdayaannya. Karena dengan adanya seleksi dari lembaga yang sederhananya dapat dikatakan “penyalur relawan”, maka akan ditemukan orang-orang yang serius ingin volunteering dan berdampak positif bagi tempat tujuan volunteering.

Selanjutnya, ada rekan dari @InfoJakarta. Akun Twitter yang memiliki followers cukup banyak ini dikelola oleh sebuah perusahaan di bidang komunikasi bernama Panen Raya. Akun @InfoJakarta berfungsi sebagai sarana distribusi informasi dan interaksi warga Jakarta dan sekitarnya. Contoh sederhana dari keberadaan akun @InfoJakarta yaitu ketika ingin menuju ke suatu tempat atau menanyakan lokasi di Jakarta, tinggal mention ke @InfoJakarta, dan dapat dijawab langsung oleh admin atau followers lainnya. Selain itu, dapat pula @InfoJakarta membuat twit-twit info seputar kota Jakarta atau wacana tertentu untuk didiskusikan oleh warga Jakarta. Nah kebetulan, @InfoJakarta juga punya perhatian pada soal kenyamanan fasilitas umum di Jakarta dan ingin sekaligus mendukung warga dengan disabilitas untuk memperoleh aksesibilitas kota.

Diskusi berjalan cepat dan memunculkan beberapa ide serta wacana. Aku hadir dari Kartunet.com yang punya peran untuk kampanye isu disabilitas via online, sekaligus membawa pesan dari rekan-rekan Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT). Dari pihak @InfoJakarta, mereka ingin membuat JBFT sebagai sebuah kegiatan makin mendapat perhatian dari publik. Mereka dapat mengoptimalkan jejaring sosial untuk menghimpun masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Kegiatan JBFT yang rutin diadakan sekali tiap bulan dinilai sangat bagus dan @InfoJakarta bersedia untuk mengorganisir masyarakat yang ingin partisipasi dengan sistem pendaftaran. Usulnya agar dibuat JBFT edisi Ramadhan di sore hari yang kemudian ditutup oleh buka puasa bersama sekitar akhir bulan Juli.

Sedangkan melalui IndoRelawan, dapat dihimpun volunteer yang berkomitmen untuk mendukung kegiatan kampanye aksesibilitas ini secara rutin pada jangka waktu tertentu. Bentuk kontribusi dapat dengan ikut langsung di kegiatan rutin sebagai pendamping para penyandang disabilitas bermobilitas, mendokumentasikan kegiatan, dan publikasi via jejaring sosial. Menarik juga apabila tiap edisi JBFT, para relawan mampu mendokumentasikannya dalam bentuk film pendek, sehingga lebih berdampak lama dan mudah direplikasi. Selain itu, akan coba diajak Change.org dan @ProtesPublik untuk bergabung agar dampak lebih luas dan komprehensif.

Pesan dari mas Faisal JBFT, agar bagaimana dibuat sebuah sistem kontrol yang mampu menjadi sumber data sekaligus penekan ke pihak pengelola kota mengenai soal aksesibilitas fasilitas umum. Di sini aku coba mengajukan lagi wacana mengenai gerakan Indonesia Nyaman yang memang ditujukan untuk maksud tersebut. Indonesia Nyaman dimaksudkan sebagai sebuah gerakan terbuka yang melibatkan berbagai pihak yang peduli. Dengan sebuah platform online yang menjadi wadah warga menyampaikan laporan serta aspirasi pada objek-objek yang dinilai sudah nyaman atau belum. Sembari terus mengajak warga agar peduli pada kenyamanan fasilitas umum, dan mengedukasi agar dapat mendukung penyandang disabilitas ketika harus berkegiatan dengan prasarana yang masih belum aksesibel.

Menurutku, Indonesia Nyaman sebagai sebuah kolaborasi online, akan mampu menimbulkan dampak besar dengan terlibatnya @InfoJakarta, @ProtesPublik, change.org, serta IndoRelawan dan JBFT pada kegiatan rutin. Output dari gerakan yaitu dibuatnya laporan berkala mengenai kondisi kenyamanan fasilitas umum kepada pembuat kebijakan dalam bentuk tulisan atau audio visual.

Kurang lebih di atas hasil pertemuan yang cukup singkat karena aku datang terlambat tapi memunculkan optimisme baru. Melihat antusiasme dari banyak pihak dan didukung oleh momentum dari pak Jokowi, aku yakin gerakan kampanye kota Jakarta yang ramah difabel dapat terwujud. Tinggal dinanti pertemuan pekan depan untuk membicarakan langkah konkret bersama JBFT. Semoga ini langkah yang baik, di bulan yang baik, demi kota Jakarta yang lebih baik lagi.(DPM)

Last Updated on 9 tahun by Redaksi

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *