MENGATASI KETERBATASAN TANPA BATAS

Momentum @jokowi_do2, Aksesibilitas Fasilitas Umum, dan Media Darling

Terakhir diperbaharui 6 tahun oleh Redaksi

Bukan rahasia lagi bahwa kemenangan Joko Widodo alias pak Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta tahun lalu sangatlah fenomenal. Sosok yang sangat sederhana dan populis ini menjadi idola baru para awak media sejak masa kampanye hingga hari ini sudah menjabat gubernur. Kemana ia pergi, selalu ada wartawan yang mengikuti dan membuat liputannya. Tak heran jika tiap hari bukan sedikit artikel berita terkait beliau di media cetak, elektronik, dan online. Maka, posisi Jokowi sebagai “media darling” ini secara tidak langsung akan dapat pula mengangkat sesuatu yang sedang menjadi perhatiannya. Hal ini yang coba dilakukan oleh komunitas penyandang disabilitas untuk mengupayakan fasilitas dan layanan umum yang lebih ramah difabel melalui acara blusuan bersama gubernur Kamis, 4 Juli silam.

Agenda blusuan ini adalah follow up dari audiensi gubernur Joko Widodo bersama komunitas Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT) bulan lalu di Balai Kota yang kebetulan aku juga menghadirinya. Beliau benar menepati janjinya untuk blusuan di awal Juli dan di luar kebiasaan JBFT yaitu di akhir pekan karena ingin mengajak langsung kepala dinas perhubungan, dinas sosial, BLU Trans Jakarta, dan instansi terkait agar dapat langsung melihat lapangan. Sayang sekali aku tak dapat ikut pada hari itu karena bertepatan dengan agenda FGD dengan UN Volunteer di Menara Thamrin. Namun aku masih sempat menyebarkan info kegiatan via millis serta web kartunet.com, dan mengikuti jalannya kegiatan dari pemberitaan di media online serta Facebook JBFT.

Baca juga:  Dampak Positif Masyarakat Inklusif

Menurut rencana, pak gubernur akan diajak “jalan-jalan” mulai Balai Kota, lalu naik Trans Jakarta, kereta ComuterLine, hingga naik Kopaja. Namun dari pemberitaan yang diikuti, beliau hanya sempat mengikuti rute bus Trans Jakarta dari halte Monas hingga Senen Jakarta Pusat. Dari perjalanan singkat itu sudah banyak hal yang ditemukan. Dari berbagai sumber media online, mantan walikota Surakarta itu menyebutkan kesulitan pengguna kursi roda ketika naik ke bus yang jarak antara halte dengan bus cukup lebar, loket yang kurang terang menyulitkan tunarungu membaca gerak bibir, hingga kurangnya pegangan penuntun arah tunanetra. Bahkan ia juga berjanji untuk mengalokasikan dana perbaikan fasilitas umum pada APBD perubahan DKI 2013 atau 2014. Ditambah lagi dengan komitmen untuk menambahkan aturan penyediaan fasilitas bagi difabel pada pembuatan IMB.

Namun dari semua itu, hal paling melegakan adalah kesadaran beliau akan pentingnya aksesibilitas fasilitas umum. Pada salah satu media, beliau menyebutkan bahwa penyediaan fasilitas yang akses difabel ini harus dilakukan. Ia menambahkan jika fasilitas sudah ramah bagi mereka, tentu akan lebih nyaman juga bagi masyarakat pada umumnya. Ini dia konsep yang memang diharapkan ada di pemikiran tiap pembuat kebijakan. Fasilitas yang ramah penyandang disabilitas bukan dianggap sebagai beban tambahan, akan tetapi keharusan yang akan berdampak baik bagi semua warga. Sebab selama ini, penyediaan aksesibilitas kerap dilupakan ketika membangun fasilitas publik. Selain itu, gubernur juga menjanjikan akan membuat pelatihan kepada para petugas lapangan bagaimana cara membantu penyandang disabilitas agar nyaman. Pernyataan ini juga sangat diharapkan karena selain aksesibilitas fisik, kesadaran masyarakat untuk mendukung keberadaan penyandang disabilitas juga diperlukan.

Momentum ini tentu tak dapat dibiarkan memudar begitu saja. Perlu upaya-upaya strategis mengikuti blusuan 4 Juli lalu agar isu disabilitas makin diketahui oleh masyarakat. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Jakarta sebagai ibukota menjadi barometer pembangunan untuk keseluruhan Indonesia. Apabila wilayah ibukota saja tidak ramah pada difabel, maka pesimis rasanya jika daerah lain mampu lebih peduli pada persoalan ini. Diharapkan dengan dimulai gerakan dari ibukota, akan merambat ke daerah-daerah lainnya.

Baca juga:  Lihat Penyandang Disabilitas dari Kelebihannya

Aku juga terfikir untuk memulai kembali gagasan mengenai gerakan Indonesia Nyaman. Sebuah ide yang sudah sejak tahun lalu diinisiasi, bahkan sudah ada website dan twitternya, tapi belum direalisasi secara optimal. Sebuah gerakan via jejaring sosial yang diharapkan dapat jadi penghimpun aspirasi warga mengenai fasilitas yang nyaman, sekaligus input data dan controler bagi pembuat kebijakan. Gerakan ini akan lebih efektif lagi ketika berkolaborasi dengan JBFT dengan kegiatan rutin secara offline. Sembari “jalan-jalan” dan mengedukasi masyarakat, Indonesia Nyaman menyuarakan via online agar lebih banyak lagi warga masyarakat yang tahu dan ikut terlibat.

Selain itu, diperlukan pula dukungan luas di luar komunitas disabilitas. Insya Allah besok, akan bertemu dengan IndoRelawan dan @InfoJakarta yang juga punya perhatian pada isu fasilitas publik di ibukota. Dengan dukungan baru ini, akan dibuat gerakan yang lebih terarah dan berdampak serta melibatkan sebanyak mungkin warga. Dapat dibayangkan, ketika kampanye mengenai aksesibilitas fasilitas umum dilakukan sinergis via online dan kegiatan langsung di lapangan. Dengan visi yang diusung adalah jika fasilitas umum dapat diakses nyaman oleh difabel, tentu bagi masyarakat umum akan lebih nyaman lagi.

Semoga gerakan untuk menciptakan aksesibilitas di fasilitas umum ini dapat optimal di kota Jakarta. Perbaikan pada fasilitas umum yang telah ada, dan pelibatan dalam proses perencanaan dan evaluasi untuk sarana yang akan dibangun kemudian. Paling tidak, ada kesadaran masyarakat untuk peduli dan petugas-petugas di lapangan yang tahu cara yang benar untuk mendukung penyandang disabilitas pengguna layanan. Dengan dibantu komitmen dari gubernur Jokowi, maka media massa akan menyertai, dan dampaknya semakin banyak masyarakat terlibat.(DPM)

Beri Pendapatmu di Sini