Akatsuki, Perjalanan Menuju Fajar Islami

Judul Buku: Akatsuki- Semburat Cinta di Langit Tokyo
Penulis:Miyazaki Ichigo
Penerbit: Qanita
Tanggal Terbit: Mei 2012
Jumlah halaman: 321 halaman

Tanpa menjawab pertanyaanku, dia mulai berjalan. Aku  pun mengikutinya. ”Ehm, sebenarnya, kau tadi dari mana?” 


”Menemui Tuhan” 


Dengan heran, aku bertanya, ”Maksudmu, dari kuil?  Adau gereja?” 


”Bukan.” 


”Jadi, apa maksudmu?” 


”Aku orang Islam,” jawabnya singkat. 


 


Mayumi adalah gadis yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga Nakano. Ia tumbuh sebagai gadis remaja yang cantik. Di sekolah tempatnya belajar, ia mengenal seorang siswa bernama Kagawa Satoshi. Satoshi adalah penganut Islam. Secara kebetulan, Mayumi mengetahui keislaman Satoshi dan menjadi penasaran dengan agama yang jarang dianut oleh orang Jepang tersebut. Kebiasaan Satoshi menjalankan sholat di gedung olahraga sekolah, ibadah Puasa Ramadhan yang dijalankan selama sebulan penuh, serta sikap kesehariannya yang cenderung tidak menyentuh atau bertatapan langsung dengan lawan jenis, membuat Mayumi semakin ingin mengetahui apa dan bagaimana Islam sebenarnya.


 


Selain Mayumi dan Satoshi, tokoh lain yang juga menjadi pusat cerita adalah Kak Shun. Kak Shun adalah kakak angkat Mayumi, putra tunggal keluarga Nakano. Kak Shun baru saja pulang dari Inggris setelah selama enam tahun menempuh pendidikan kedokteran. Ketika kecil, Mayumi sangat akrab dengan Kak Shun layaknya kakak beradik pada umumnya. Akan tetapi sepulang dari Inggris, Kak Shun tampak berbeda. Ia bersikap terlalu manis. Rupanya Kak Shun jatuh cinta pada Mayumi, bahkan ia memaksakan cintanya itu karena merasa bahwa mayumi bukanlah adik kandungnya. Di sisi lain, Mayumi benar-benar menganggap Kak Shun sebagai kakaknya. Konflik pun mulai terjadi. Mayumi memutuskan untuk pergi dari keluarga Nakano. Kak Shun yang tidak terima dengan penolakan tersebut sempat mengejar Mayumi dan memukulinya di tengah jalan. Untunglah Satoshi datang menolong. Selanjutnya, Satoshi membawa Mayumi yang terluka ke rumahnya untuk diraawat oleh Ayame, kakak perempuan Satoshi. Mayumi mulai memperhatikan pola kehidupan Satoshi dan kakaknya. Melihat mereka menjalankan sholat atau mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an membuat Mayumi merasa begitu damai. Kian hari, ia semakin tertarik dengan keindahan islam dan memutuskan untuk mempelajarinya lebih lanjut hingga menjadi seorang Mualaf.


 


Akatsuki adalah novel remaja islami yang unik. Miyazaki Ichigo, sang penulis yang bernama asli Muliyatun Nasyiah, berhasil mengemas adegan demi adegan bernuansa budaya Jepang yang menonjolkan pesan-pesan keislaman. Gaya bahasa yang sederhana, potongan ayat-ayat Al Qur’an, dan potongan lirik-lirik lagu Jepang yang disisipkan pada jalinan cerita  membuat pesan moral dari novel ini mudah diserap namun tetap menyenangkan untuk dibaca. Yang menarik, Miyazaki mengaitkan beberapa kebiasaan orang Jepang yang tidak sesuai dengan kaidah keislaman. Misalnya pada perayaan Tanabata orang Jepang biasa menuliskan permintaannya, padahal sebenarnya doa dapat diucapkan kapan saja. Orang Jepang pun biasa memeluk dua agama, yaitu Shinto dan Kristen. Namun keduanya tidak dijalani dengan sepenuh hati, melainkan sebatas mengikuti perayaan-perayaannya saja. Akatsuki sendiri berarti fajar. Judul yang sesuai dengan konflik utama novel ini, yaitu perjalanan Mayumi menemukan Islam sebagai fajar yang menyinari hidupnya.


 


Mengenai karakteristik tokoh, Satoshi agaknya merupakan tokoh yang terlalu sempurna. Ia tampan, cerdas, disukai oleh orang-orang di sekelilingnya, dan juga seorang Muslim yang taat. Kesempurnaan itu membuat karakteristik Satoshi terasa kurang natural. Bagaimanapun setiap orang tentu memiliki kekurangan. Selain itu gaya Satoshi yang dingin dan Mayumi yang tampak jelas tertarik pada Satoshi, terasa klise. Terlalu banyak cerita lain yang diperankan oleh tokoh seperti ini. Beberapa adegan juga mudah ditebak. Misalnya ketika Mayumi dipukuli oleh Kak Shun di tengah jalan, pasti Satoshi yang datang menolong. Lalu ketika Mayumi bercerita tentang seorang anak laki-laki yang pernah ditemuinya sewaktu kecil, pembaca akan segera tahu bahwa anak laki-laki itu adalah Satoshi.


 


Akatsuki sudah pernah diterbitkan pada tahun 2009 oleh penerbit Mizania, lalu diterbitkan kembali oleh Qanita pada Mei 2012.  Secara keseluruhan Akatsuki merupakan novel yang layak direkomendasikan, khususnya bagi peminat cerita-cerita bernuansa Jepang. Bukan hanya penganut Islam, novel dengan 321 halaman ini juga dapat menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin mengetahui dasar-dasar keislaman, karena novel ini disajikan dalam alur cerita yang mudah dipahami pembaca.

Last Updated on 7 tahun by Redaksi

Oleh Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *