Suheri, Berjaya Bersama Rumah Boneka

Jakarta, Kartunet.com – Penyandang disabilitas kerap kali dianggap sebagai manusia kelas dua. Selain keberadaannya dikucilkan, kemampuan mereka pun diremehkan. Cukup banyak penyandang disabilitas yang kesulitan dalam memperoleh pekerjaan dan menafkahi dirinya. Akibatnya, disabilitas tersebut belum mampu mandiri secara finansial dan menjadi beban keluarga. Padahal, pada dasarnya dalam diri setiap manusia tersimpan suatu potensi yang dapat dikembangkan, tidak terkecuali penyandang disabilitas. Potensi tersebut mendukung mereka untuk berkarya. Bukan hanya menjadi seorang karyawan yang “digaji”, tetapi juga menjadi pengusaha yang menggaji orang lain.

Baca:  KETULUSAN DAN IMBALAN

Sanny Suheri, pengusaha rumah boneka yang berlokasi di kawasan fatmawati Jakarta Selatan, merupakan pengguna kursi roda sejak tahun 1971. Saat pergi berburu ke hutan bersama teman-temannya, mobil yang ia tumpangi mengalami kecelakaan. Sungguh sebuah kejadian yang tak pernah diduga Heri akan dialaminya. Sejak itu, hidupnya berubah. Ia menjadi penyandang para plegia, yaitu kerusakan syaraf tulang belakang. Sebagian tubuhnya, dari perut ke bawah, lumpuh dan tak dapat berfungsi lagi.

Heri meninggalkan Palembang, tanah kelahirannya dan berobat  ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Setelah tiga tahun menjalani perawatan, ia dipindahkan ke wisma Cheshire, yakni sebuah panti rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa. Di sanalah Heri mulai belajar membuat berbagai macam kerajinan bersama teman-temannya.

Dalam suatu kesempatan, seorang relawan berkebangsaan Inggris di Wisma Cheshire membawakan disain gambar rumah boneka barbie dan meminta penghuni wisma untuk membuatnya. Mulai saat itu, Heri bersama teman-temannya membuat rumah boneka Barbie dan dipasarkan pada orang-orang asing.  “Waktu tahun 70-an masih jarang orang Indonesia yang kenal boneka barbie, makanya rumah boneka ini dipasarkan pada orang asing lebih dulu,” jelas pria 63 tahun itu pada Redaksi Kartunet.com

Tahun 1989, Heri memutuskan untuk berwirausaha secara mandiri. Awalnya, usaha Heri lebih banyak membuat alat-alat bantu seperti kursi roda, kruk, maupun mebel seperti lemari atau kitchen set. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ia memfokuskan usaha pada pembuatan rumah boneka, yaitu sejak tahun 1997. Sebuah keputusan yang tepat. Selain masih jarang saingan, usaha rumah boneka ini pun cenderung stabil termasuk pada masa krisis moneter. Saat jenis-jenis usaha lain terombang-ambing oleh keadaan ekonomi negara yang kurang baik, Heri tetap dapat menjalankan usahanya dan memenuhi kebutuhan hidup lewat rumah bonekanya.

Baca:  Anfield Segera Lebih Ramah pada Penyandang Disabilitas

Kini usaha Heri telah berkembang pesat. Ia sempat mengekspor rumah-rumah boneka buatannya sampai ke Belanda dan Kanada. Untuk pasar lokal, rumah boneka Heri telah memiliki pelanggan tetap di beberapa kota seperti Palembang, Lampung, Banjarmasin, Bandung, dan sebagainya.

Selama menjalani usaha, pria yang sempat meraih medali emas pada kejuaraan olahraga disabilitas bertaraf internasional di Inggris dan Jepang ini tak merasakan adanya kendala berarti. Pasalnya, modal pertama untuk usaha tersebut ia peroleh dari para relawan. Bengkel rumah boneka dan workshop pembuatan rumah boneka yang ia miliki pun ia terima dari rumah sakit Fatmawati.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini kini hidup mandiri di Jakarta. Keluarga Heri di Palembang tentu bangga padanya. Meski penyandang disabilitas, ia mampu menghidupi dirinya sendiri. Ia  bahkan berhasil mengembangkan usahanya hingga memiliki belasan orang karyawan yang diantaranya juga pengguna kursi roda.

Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, Heri pun menurunkan kreativitasnya pada teman-teman sesama pengguna kursi roda. Ia mendidik tiga orang tunadaksa yang putus sekolah, dan sempat dipekerjakan di bengkel rumah boneka. Sekarang ketiga orang tersebut telah memiliki usaha serupa di Bandung dan Bekasi. Meski usaha tersebut masih kecil-kecilan, toh ketiganya telah dapat hidup mandiri dengan menekuni bidang usaha yang tidak ada saingan. “Nggak perlu memaksakan diri untuk menjadi karyawan. Kalau sekarang zamannya komputer dan bahasa inggris, ya pelajarilah itu, pasti akan berguna. Bagi yang punya hobi, kembangkan aja hobi itu, karena hobi juga bisa menghasilkan uang kok nantinya,” ungkap Heri saat ditanya pendapatnya mengenai ruang lingkup dunia kerja bagi disabilitas.

Menurut Heri, penyandang disabilitas lain pun dapat menjadi pengusaha sukses seperti dirinya. Hanya saja, kebanyakan penyandang disabilitas masih agak manja, ingin memperoleh kesuksesan tapi tidak mau berjuang lebih keras. Jika memang masih dirasa sulit untuk memperoleh pekerjaan sebagai pegawai kantoran, tidak ada salahnya jika memilih jalan sebagai wirausahawan. Heri juga menuturkan, ia akan menerima dengan tangan terbuka jika ada penyandang disabilitas yang ingin belajar padanya.

Baca:  Legitimasi Penggunaan Istilah Disabilitas

Bercermin dari sepak terjang Heri, menjadi bukti bahwa sejatinya Tuhan telah menyiapkan segenggam rezeki bagi setiap mahluknya. Dengan keyakinan dan usaha keras, kaum disabilitas pun dapat meraih sukses. Karena itu, percayalah pada kemampuan diri, terus berusaha semaksimal mungkin, dan jadikan diri bermanfaat bagi sesama.
Editor: Risma

Bagikan artikel ini
Ramadhani Ray
Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

Articles: 72

One comment

  1. The air, that is passing through the blocked airways, leads to the throat’s cells to vibrate; resulting in the snoring sound that everybody surrounding you
    hears. • Cure your allergy: – If any person is suffering from any kind of allergy then they
    should first take care of it. But if the problem becomes more serious, consult a doctor immediately.

Leave a Reply