Fasilitas Umum Buruk Hambat Penyandang Disabilitas

Jakarta, Kartunet.com – “Tadi saya banyak sekali belajar, betapa pentingnya jalan yang rata dan blok trotoar yang tertata,” kata Anthony Ladjar, salah satu peserta Barrier Free Tourism yang berlangsung pada Sabtu, 26 Mei lalu. Sepanjang perjalanan BFT, dari stasiun Cikini sampai halaman perpustakaan UI Depok, Anthony dan empat orang peserta nondisabilitas lain menutup matanya dengan blind foald. Mereka melakukan perjalanan dengan dituntun oleh para relawan, sehingga benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi penyandang disabilitas netra bermobilitas dengan transportasi umum.

Baca:  Janji Garuda Masih Butuh Pengawasan

 

BFT merupakan sebuah kegiatan swadaya yang diadakan oleh komunitas penyandang disabilitas. Setelah Trans Jakarta pada bulan Maret dan April lalu, kali ini kereta Comuterline yang dipilih sebagai sarana transportasi dalam kegiatan jalan-jalan bersama  dengan disabilitas tersebut. Dengan diikuti oleh 15 penyandang disabilitas dan 20 orang relawan, kegiatan tersebut cukup menarik perhatian masyarakat sekitar dan sejumlah media massa.

 

Pada BFT kali ini, pihak penyelenggara acara menyediakan lima buah blind foald dan satu buah kursi roda untuk digunakan oleh peserta nondisabilitas selama perjalanan. Agaknya hal ini cukup menggelitik rasa penasaran sebagian besar peserta perihal bagaimana rasanya bermobilitas sebagai penyandang disabilitas. Beberapa orang pun menawarkan diri dengan antusias.

 

Anthony mengakui, selama memakai blind foald, ia merasakan berbagai kendala dalam bermobilitas. Meski dituntun oleh relawan, rasa takut jatuh, tersandung, atau terbentur, terus mengikutinya. Banyak fasilitas umum, lanjut pria bertubuh besar itu, yang dibangun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang membutuhkannya. “Memang yang seharusnya diutamakan dalam pembangunan fasilitas umum adalah keselamatan, masalah keindahan saya rasa itu nomor sekian karena yang menikmati hanya sebagian orang saja,” katanya.

 

Menurut Anthony, aksi-aksi semacam BFT perlu dilakukan untuk mendidik kawula muda sebagai penerus bangsa agar lebih peduli terhadap lingkungan. Pria yang merupakan Polisi Pejalan Kaki tersebut menuturkan harapannya agar pemerintah dapat membenahi segala fasilitas sesuai standar internasional agar nyaman bagi setiap orang. “Saya yakin, jika setiap fasilitas dibangun sesuai standar, penyandang disabilitas pun dapat bermobilitas secara mandiri,” ujarnya. (RR)

Editor: Herisma Yanti

Bagikan artikel ini
Ramadhani Ray
Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

Articles: 72

Leave a Reply