PINDAH BUKU SATU AKUN

TV itu teruus menampilkan gambar-gambar mereka. Menjual kata, dan program yang mentereng. Suara deru riuh mengatakan dukungan pecah tumpah membelah. Hati Imam berkembang, harapnya membumbung jagonya yang terpilih.

Iwan sudah jatuh hati pada dagan itu, etalasenya terbuat dari kayu kasar nampak datang dari wong cilik. Menarik, memikat dan begitu tawarkan jadi pelepas haus.

Ngoek…….Ngoek…….ngoek………. lamun Iwan buyar, seperti awan terhapus angin. Bayi itu adalah saksi nyata dari asa yang tersimpan. 17 Juta itu entah ke mana. Siti sudah berpuluh kali ke kantor bank itu tetapi hasilnya tetaplah lagu lama usang meradang. “Dilihat saja ya Bu di ATM. Nanti kalau saldonya udah masuk akan otomatis nampak di sana. Gak usahlah anda ke bank.” Memang mungkin yang baru pegang rekeningpun tahu, kalau saldo akan langsung kelihatan jika sudah masuk!!!! Langsung terlihat di AATM kita.

Anday saja tidak hilang buku tabungan yang pertama, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini. Gara-gara buku baru? Entahlah. Kasihan sekali Iwan, dan Siti menanti terus. Seperti burung dalam sangkar menanti lepas bebas?” Siti mulai resah, karena Minah sudah harus beli susu.

“Aku juga gak tahu harus bagaimana lagi? Karena tabungan itu sudah tidak bisa kita harapkan lagi. Susu Minah juga sudah habis, hutang kita di sana juga belum kita bayar.” Aneh memang, kok memindahkan ke buku baru dari buku yang bermasalah lamanya tak terkira. Sudah kurang lebih 3 Bulan Siti pulang pergi dari bank itu hanya untuk bertanya itu. Tetapi nihil, tidak ada hasilnya yang berarti. Boleh dikatakan sia-sia.

Rengek Minah dan himpitan dari bank lain yang minta pengebalian pinjaman. Karena beberapa waktu lalau, Iwan terpaksa minjam ke bank lain, untuk ngembaliin uang keluarganya. Untung saja makan masih disuapi oleh orangtua, kalau harus masak beras dari lumbung sendiri manalah Iwan punya. Tugasnya jadi kuli otak juga tak mampu memayungi rumahnya.

*****

Datangnya pagi terlalu cepat, bom itu pecah meledak. Isinya jamahkan kulit sang hidup. Bukan apa tapi bom waktu.

“Maaf pak, terpaksa rumah ini kami sita, karena anda belum melunasi pinjaman anda sebesar 15 Juta.” Kamu pahamilah dari tempatmu yang empuk itu, Iwan dan Siti membawa ke mana Minah kecil. Rumah itu disita karena, belum bayar hutang 15 Juta. Anday saja tabungan 17 Juta ada, mereka tak terluka.

Malah tadi Siti memeriksa di ATM saldonya kurang lagi 8000. Aneh sekali, pindahkan saldo dari buku tabungan llama ke buku baru sangatlah lama, padahal akun rekening itu adalah akun yang sama, hanya ganti buku karena buku pertama sudah hilang. Ganti buku, karena ATM yang dulu tak bisa dipakai lagi karena rusak, untuk dapatin ATM baru harus ngurus kehilangan, dan diuruslah sudah tapi uangnya sudah lenyap entah selamanya apa sementara tidaklah tahu.

Minah, Siti, dan Iwan katanya sekarang  di rumah milik orangtuanya.

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh I Made Sumertayasa

1.rnSelalu berusaha melakukan sesuatu dgn maksimal.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *