Beberapa Kekeliruan Umum Ketika Membantu Tunanetra di Jalanan

Jakarta – Menusia tak dapat menafikan sifat dasarnya sebagai makhluk sosial yang pasti membutuhkan keberadaan orang lain. Kodrat ini ditunjukkan dengan perbuatan saling tolong-menolong yang bukan hal asing lagi di masyarakat kita. Salah satu contoh adalah masyarakat yang membantu seorang tunanetra ketika berjalan di tempat umum. Pada negara yang belum mengindahkan asas aksesibilitas pada fasilitas-fasilitas publik, dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan oleh seorang tunanetra untuk bermobilisasi. Akan tetapi, bantuan yang dibeirkan terkadang belum tentu berdampak positif sesuai apa yang dibutuhkan oleh si tunanetra. Ada beberapa kesalahan mendasar yang sebetulnya dapat diperbaiki pemahamannya dalam masyarakat.

Kekeliruan pertama yang sering terjadi yaitu saat membantu tunanetra menyeberang jalan. Masyarakat kurang memahami cara yang benar untuk menuntun seorang tunanetra berjalan. Biasanya yang terjadi adalah orang yang hendak menolong, langsung menarik tangan si tunanetra. Ada pula yang memagang tongkat putih yang dibawanya lalu ditarik seperti mobil-mobilan. Ada lagi yang mendorong dari belakang seperti sedang mendorong gerobak. Semua itu didasari oleh niat baik ingin menolong, tapi dampaknya dapat sangat berbahaya bagi si tunanetra. Dia dapat terjatuh karena cara menuntun yang benar.

Cara yang tepat adalah dengan mengizinkan si tunanetra memegang lengan orang yang akan menolongnya di bagian tepat atas siku. Tunanetra tersebut akan memegang lengan Anda menggunakan ibu jari dan telunjuk yang dibentuk seperti huruf U. Dengan metode ini, maka si tunanetra hanya perlu mengikuti arah langkah Anda dengan pegangan yang lebih mantap serta seimbang. Selain itu, perlu diperhatikan pula mengenai posisi si tunanetra yang dituntun di sebelah kiri atau kanan orang yang menuntun. Posisikan ia di sisi yang tidak langsung berhadapan dengan arah jalan. Misal kendaraan datang dari arah kanan, maka posisikan si tunanetra di sebelah kiri Anda dengan kata lain memegang lengan sebelah kiri. Sebaliknya, ketika kendaraan datang dari arah kiri, posisikan ia di sebelah kanan. Ketika berganti posisi di tengah jalan, berhenti sejenak, dan pegang tangan si tunanetra untuk bergeser ke posisi sebaliknya.

Lebih lanjut, sering pula kekeliruan dilakukan oleh masyarakat dan petugas bus Trans Jakarta ketika akan masuk dan keluar bus. Sering kekeliruan dilakukan dengan memegang tongkat putih yang dipakai oleh si tunanetra, dan mengangkatnya ketika akan memasuki bus. Perlakuan tersebut amat berbahaya bagi keselamatan si tunanetra, sebab ia akan kehilangan pijakan untuk mendeteksi keberadaan lantai bus.

Sebagaimana diketahui, jarak antara lantai halte dengan bus Trans Jakarta ketika menaik-turunkan muatan sering kali sangatlah lebar. Sungguh membahayakan bagi para penumpang, khususnya yang mengalami disabilitas. Cara yang tepat adalah dengan cukup memegangi tangan si tunanetra, dan membiarkan ia naik ke bus dengan bantuan tongkat putihnya. Si tunanetra akan menggunakan ujung tongkatnya untuk meraba jarak antara lantai halte dan bus. Setelah tahu seberapa lebar jaraknya, ia dapat memperkirakan jauh langkah yang perlu dilakukan. Setelah masuk, langsung arahkan pergelangan tangan si tunanetra untuk memegang handle yang ada di bagian atas bus, atau segera arahkan ke kursi khusus yang tersedia.

Terakhir, ada perlakuan yang juga kadang membahayakan bagi tunanetra yaitu saat mengarahkan ke tempat duduk. Masyarkaat kurang memahami dan biasanya hanya mendorong-dorong agar si tunanetra berjalan mundur hingga duduk di kursinya. Sering kali pula tidak diberitahu dimana posisi kursi yang dimaksudkan. Hal ini agak menyulitkan bagi tunanetra karena ia didorong-dorong ke arah yang belum pasti. Cara termudah adalah bukand engan mendorong-dorong, tapi dengan menarik pergelangan tangan si tunanetra untuk menyentuh tempat duduk yang dimaksudkan. Setelahnya, si tunanetra tak perlu didorong-dorong, sudah paham letak posisinya, dan dapat duduk tanpa perlu dihempaskan.

Di atas adalah beberapa kesalahan yang kerap dilakukan masyarakat ketika membantu seorang tunanetra. Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat menjadi paham dan tahu cara yang tepat ketika akan menolong tunanetra di jalanan, bukan malah menyurutkan niat baik orang-orang yang ingin membantu. Namun sebelum semua itu, komunikasi antara pihak yang menolong dan ditolong mengenai cara terbaik untuk membantu tetap perlu dipegang teguh. Karena tunanetra bukanlah barang yang dapat ditenteng-tenteng ke sana-sini, melainkan juga manusia yang perlu dihargai bahkan saat sedang dibantu.(DPM)

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *