Lantunan dzikir yang terucap melalui lisanmu mengalahkan kokokan ayam jantan yang mengundang datangnya fajar
Kau pun tak mampu dikalahkan oleh sang mentari tatkala menjalani titah Tuhan untuk menyinari kehidupan
Langit gelap yang sebentar lagi menjelma menjadi pagi selalu setia menjadi saksi permulaan hari-harimu menuju kampus biru
Kata-kata pujian dosen pasti diluncurkan kepadamu
saat ada temanmu memasuki kelas pukul tujuh lebih
Kau menjadi cermin yang membuat dosen menyuruh teman-temanmu untuk memperbagus wajah mereka
Aku tahu mereka iri kepadamu karena aku mampu mendengar obrolan-obrolan mereka
Meski kau bukanlah manusia sempurna, kau tak pernah iri kepada teman-temanmu yang sempurna
Aku tahu itu karena kau pernah berkata, “Setiap manusia itu punya kelebihan dan kekurangan, jadi setiap manusia harus mensyukuri apa-apa yang Tuhan berikan”
Tubuhmu yang tak sempurna tak menghijabi keinginanmu menjadi manusia sempurna di mata Tuhan
Ah, kau memang sang penakluk kehidupan
Aku mengenal semua tentang dirimu
Kau mengajakku selalu dalam setiap detik langkahmu
Aku selalu setia menemanimu
Kedua rodaku ini tak pernah sekalipun melawan keinginanmu
Aku bersyukur diberi kesempatan hidup bersamamu meski gendang telingamu tak pernah dan tak akan bisa menangkap gelombang suaraku