PELAJARAN BERHARGA

Pada suatu hari ada sepasang sahabat. Namanya Nisa dan Shilla.
Mereka sama-sama bersekolah di SMA pinggiran kota. Bahkan tinggal bersama di sebuah kosan.
Nisa dengan Shilla sama-sama pecinta literasi. Bedanya, jika Nisa tidak bisa bermain musik. Shilla sangat ahli bermain musik. Khususnya alat musik gitar dan piano.
Shilla sedang asyik bermain gitar.
“Jreng-jreng! Jreng-jreng!”
Nisa bertanya.
“Shil.”
“Iya, Nis.”
“Maaf kalau boleh tahu. Kamu dulu belajar musik di mana? Kok bisa bermain musik dengan ahli?”
“Sebenarnya sih aku belum ahli, Nis. Aku masih harus banyak belajar lagi. Tentang bermain alat musik. Aku dulu diajari sama, ayahku.”
Jawab, Shilla. Dengan tersenyum.
“Aku kok penasaran, ya, Shil. Kaya gimana caranya bermain musik. Coba dong diajari shil.”
Memangnya dulu waktu sekolah SMP? Kamu apakah tidak diajarin? Kok sampai penasaran segala.”
“Aku dulu diajari bermain suling dan harmonika. Cuma tidak berhasil. Kalau diajari gitar belum pernah.”
Ungkap, Nisa. Dengan wajah memelas.
“Baiklah. Aku akan mengajarimu.”
Mendengar hal itu. Nisa merasa sangat bahagia.
“Belajarnya setiap hari Minggu, ya, Nis?”
“Ok, Shil.”
Hari Minggu yang ditunggu-tunggu nya telah tiba. Shilla menepati janjinya. Untuk mengajari bermain gitar.
“Gini, nis. Sebelum kita mempelajari materi tentang gitar. Kamu kenali dulu gitarnya. Misalnya suaranya berasal dari mana, senarnya ada berapa, dan bentuk gitarnya seperti apa.”
Nisa mengikuti arahan dari, Shilla.
Meminjam gitar milik, Shilla. Bisa langsung hafal semuanya. Dari senarnya sampai bentuk gitarnya.
Memasuki tahap kedua. Di minggu berikutnya.
Nisa tidak berhasil berhasil memainkan kuncinya.
“Ayo, nis! Semangat, nis!”
Ujar, Shilla.
Latihan itu berulang hingga 10 kali. Namun, tetap saja. Belum berhasil.
Hingga, pada akhirnya. Nisa membuat sebuah keputusan.
“Daripada sudah berkali-kali. Akan tetapi belum berhasil. Gimana kalau, aku catat notasi kunci gitarnya dulu? Setelah itu, aku akan mempelajarinya secara perlahan. Dan, berlatih sedikit demi sedikit. Dengan gitarmu. Jika gitarmu ada kerusakan, aku pasti bertanggung jawab kok.”
Shilla pun mencatatkan notasi gitar dengan lengkap.
“Ini, Nis. Notasi kunci gitarnya sudah ada. Semoga berhasil mempelajarinya, ya.”
“Iya, Shil. Terima kasih.”
Nisa setiap pulang sekolah pasti berlatih. Mencoba-coba berbagai notasi. Yang sudah dicatatkan, Shilla.
Tetap saja hasilnya nihil.
Senar gitarnya pun patah semua.
Nisa membelikan senar gitar yang baru.
Pada minggu berikutnya. Nisa berkata.
“Aku sudah nyerah, shil. Mungkin bermain gitar bukanlah bakatku. Nyatanya saja seminggu belajar. Bukannya berhasil, malah merusak senar.”
“Ya sudah kalau begitu, Nis.”
“Terima kasih sudah memberiku pelajaran berharga.”
“Pelajaran berharga dari mana? Nyatanya saja tidak berhasil mengajarimu.”
“Pelajaran berharga yang kumaksud. Jika bakat seseorang. Itu tidak bisa dipaksakan. Kalau memang bukan rezekinya untuk bisa. Dipaksakan beribu kali pun. Hasilnya tidak kunjung datang.”
“Walaupun demikian. Kamu jangan berkecil hati. Meskipun tidak bisa bermain musik. Kamu sangat ahli mendongeng. Untuk menghibur semua orang. Mungkin itulah bakatmu.”
Nasehat, shilla. Yang terasa lembut dan menghangatkan hati, Nisa.
Selesai

Baca:  The Secret Admirer
Bagikan artikel ini
Linatun Nisa
Linatun Nisa
Articles: 10

2 Comments

Leave a Reply