You are a Great Friend that I’ve Ever Had…Lidia..!!

Dua kali datang dan menekan bel panjang di pagar rumah itu sejak kepulangannya dari Jerman, tapi ia selalu pulang dengan tanya yang belum terjawab,  

 

“Apakah kebetulan rumah ini kosong setiap kali aku datang?”  

 

Gadis berambut pirang bertubuh kecil itu bertanya-tanya sembari menjauh dari rumah itu.  Duduk di sofa memandang Koper yang masih berisi penuh, sepintas ia memandang rumah itu dari dinding kaca kamarnya.

 

“Mhh….kemana dia?” gumam-nya dalam hati.

 

“Diaa….diaa…. tolongin mami dong….”  teriak  seorang wanita dari halaman rumah.

Baca:  Gelapmu Terangiku

 

“Yaaa…mam..!! “ sahutnya  sambil berlari menuju arah suara yang memanggil.

 

 “Tolongin mami, ini belanjaannya banyak banget, tadi lagi ada sale,  discount gede-gede-an di Mall,  sekalian mami beli buat kamu,  nih bawain, sekalian kamu coba, mami mau lihat cocok gak buat kamu.” lanjut wanita itu sambil menutup pintu mobil sedan hitamnya kembali.

 

Selagi mencoba-coba Pakaian dia bertanya kepada maminya,

 

“ Ma, mami ingat gak  teman Dia yang tinggal di rumah berwarna hijau itu?” sambil menunjuk rumah ke enam dari seberang rumahnya.

 

“Kalau yang kamu maksud Lovi, mama tentu ingat, tapi sejak kamu ke Jerman mama hampir tidak pernah melihat Lovi, kamu sendiri kan tau, tahun ke dua kamu di Jerman, Papi dan Mami ada di sumatera karena Papi-mu ditugaskan selama dua tahun disana. Enam  bulan lalu setelah kembali lagi ke Jakarta, sampai sekarang mami belum pernah melihat Lovi” Jawab ibunya sambil mengeluarkan dan memeriksa semua barang –barang yang ia beli.

 

“Sejak setahun lalu dia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Lovi ma, telepon tidak pernah diangkat, bahkan sekarang tidak ada  nomor telepon yang bisa dihubungi, surat dan email tidak pernah mendapat balasan, aPakah Dia punya salah ma? “  dengan dahi berkerut dia bertanya penuh rasa ingin tahu.  

 

“Lidia…., kamu jangan berasumsi dulu, coba diingat-ingat dulu, pembicaraan terakhir, masa sih anak mami udah Sarjana Arsitek dari Jerman masih begitu..” jawab ibunya sambil tersenyum mengusap rambut pirang putri semata wayangnya.

 

“Mmhh…atau boleh juga tuh, kamu praktekin lagi  kebiasaan kecilmu jadi detektif, sebelum minggu depan kau mulai hari pertamamu di kantor Papi.” Lanjut maminya tersenyum sambil meninggalkan kamar Lidia”

Baca:  Hanya Seorang Pecinta

 

“wiuwwiuwiiitt…wvufit…wvufit…tfvuit.” kicau  burung pagi hari yang dingin membangunkan tidur Lidia. Menoleh sejenak ke rumah hijau itu, dan tiba-tiba ia melihat seorang gadis mirip Lovi berdiri menatap keluar.

 

“Hah..!! Lovi..!! teriak Lidia beranjak dari tempat tidurnya.

 

Melambai-lambaikan tangan bak petugas landasan pesawat, memberitahukan keberadaanya. Tapi wanita itu menatap tak bergerak. Lidia meraih kaca mata minus nya berharap melihat Lovi lebih jelas, tapi  sosok itu sekejap sudah tak ada lagi.

 

 Esok paginya Lidia kembali datang ke rumah hijau itu untuk ketiga kalinya.

 

“Pak, masih kenal saya kan? Lidia teman Lovi,   saya tahu Lovi ada di dalam Pak, Bapak tidak perlu menghindar atau berbohong lagi, jadi tolong ijinkan saya masuk, dia ada di dalam sana”  Sambil mencegat Bapak tua yang membuang sampah dengan tergesa-gesa.

 

“Saya tau Bapak sayang sama Lovi, Bapak sudah menganggap dia sebagai anak Bapak sendiri, dan saya tahu juga Bapak akan lakukan apapun yang terbaik buat Lovi” sambung Lidia bicara  panjang membuat Bapak tua itu tertahan berkata-kata.

 

“Pak, kalau hati nurani Bapak berkata biarkan saya masuk, Bapak harus ijinkan saya masuk, tapi kalau Bapak menolak hati nurani Bapak untuk mengijinkan saya masuk maka……” Tiba-tiba mengakhiri pembicaraannya Lidia berlari memasuki halaman rumah Lovi dan membuka pintu.

 

“Non, Non, Non…!! Tunggu non..!! ada yang mau saya katakan..!!” Teriak Pak Restu terlambat.

 

Rumah itu tampak sepi tak berpenghuni, tapi bersih dan rapi seperti dulu, segera Lidia mengakhiri ingatan dulu dan berlari kecil menaiki tangga mencari kamar Lovi,

 

“Lovi….??” pekik Lidia gembira dan mendekat pada seorang wanita yang duduk di ranjang menatap keluar.

Baca:  Surat Undangan

 

“Untuk apa kau datang ..?? “ hmh..!! kau mau memberitahukan sekarang kau sudah menjadi seorang Sarjana Arsitek di Universitas ternama di Jerman, dan minggu depan kau akan mendampingi ayahmu untuk menjadi seorang Arsitektur terkenal dengan status sebagai Direktur muda?  Atau mungkin kau mau menceritakan semua pengalaman hebatmu seperti yang biasa kau email

Bagikan artikel ini
Maria Sitinjak
Maria Sitinjak
Articles: 1

Leave a Reply