Dikira Warnet

Pada suatu wilayah, terdapat sebuah keluarga yang memang mempunyai kedekatan yang baik. Mereka salin mengerti keadaan setiap anggota keluarganya. Dalam keluarga tersebut terdapat ayah, ibu, tiga anaknya, dan tiga cucunya.

Pada suatu hari, dalam keluarga tersebut, ke-dua anak dan salah satu cucu-nya berkumpul sambil berbincang-bincang. Kedua anaknya tersebut bernama Wulan dan Faiz. Sedangkan cucunya bernama Ikha.

Pada suatu ketika, Ikha menegur Faiz karena celana yang dipake-nya sudah sangat luntur warna hitamnya.

“Eh om, kenapa celana sudah kaya begitu masih tetap saja dipake? Kan banyak celana lain yang masih bagus.” Ikha bertanya pada Om-nya

“ Lah biarin. Celana ini kan celana kesayanganku.” Faiz menjawab.

“Ohh begitu? Kenapa tidak diberi pewarna saja?” Ikha memberi ide.

“Emangnya ada pewarna buat celana?”

“Ya tentu saja ada lah…”

“Beli dimana?” Faiz bertanya, tertarik dengan ide Ikha.

“Gag tau, Tanya Ibu aja” Ikha menjawab.

Kemudian Ikha dan Faiz menuju warung dimana Wulan bekerja. Sesampainya di warung, Ikha bertanya kepada ibunya,

“Ibu, tau di mana tempat yang nyediain Wantek?”

 

“Ya jelas tahu oh. Masa kamu tidak tahu ? itu lho yang di pertigaan sebelum masuk ke desa kita.” Wulan menjelaskan.

“Perasaan tidak ada sih Bu..” Ikha bingung mendengar penjelasan Wulan.

“Emang yang butuh ke sana siapa?”

“Saya, Mbak.” Faiz menjawab.

“Ya sudah. Mba anterin kamu ke tempatnya. Dan Ikha yang jaga warung ibu sebentar ya?”

Akhirnya Faiz dan Wulan bergegas menuju ke tempat yang dimaksud Wulan menyediakan Wantek. Sesampainya di tempat, Faiz bingung dan berfikir sejenak diam tanpa kata.

“Faiz ! kenapa kamu diam saja? Ini tempatnya.” Wulan heran melihat adiknya yang diam saja.

“Mba yakin ini tempatnya?” Faiz meyakinkan.

“Iya oh, Iz. Sanah masuk oh.”

“Mbak tahu tempat ini namanya apa?”

“ Ya tentu tahu oh, Iz. Warnet kan?”

“Iya Mbak. Tapi yang saya maksud tadi sewaktu di rumah itu bukan warnet, tapi Wantek”

“Hahaha salah ya, kalo yang itu Mbak gag tahu Iz”

 

Penulis: Istihani Arofah

Penulis lahir 16 tahun lalu di Kota Tegal, kini berdomisili di kota kelahirannya.

Last Updated on 11 tahun by Redaksi

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *