JIKA TUAN RUMAH YANG MARAH

Lankgkah seribu mahluk liar

Haus darah serta lapar

Seribu rintih dari kumpulan tercacah

Iris nalar serta pandangku

 

Itu tak bersih

Pekat hitam bagai tangan sang dewa maut

Nampak bak arus magnet kuat menghisap

 

Ku dengar tangis bumi

Luka menganga borok

Dalam banjir serta cemar

Culik seribu tawa serta canda

Kutub-kutub cair bagai air mata ibu

Tangisi musnahnya alam semesta.

 

 

 

 

****Menyampaikan seperti apa geliat saat ini, segala yang menjadi uang langsung dijadikan uang. Tiada lagi disebut dengan kesejukan, semuanya menjadi uang. Gedung-gedung menjulang, hutan terbabat, dan yang langka menjadi musnah.

Jika alam sudah marah, kita mau berbuat apa? Kita tidaklah mampu merintang jalanya, kita hanya punya hak pakai. Jika waktunya telah habis kita akan hilang. Tetapi apa yang kita sumbangkan untuk genderasi di masa depan? Apakah iptek dapat memenuhi perut yang lapar? Hal itu tidak ada jika kita tidak punya sawah. Tetapi petani semakin terpinggirkan, karena uang semakin menjadi pemimpin semuanya.

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Diterbitkan
Dikategorikan dalam KARFIKSI Ditandai

Oleh I Made Sumertayasa

1.rnSelalu berusaha melakukan sesuatu dgn maksimal.

2 komentar

  1. terima kasih untuk kontribusinya. kategori kami pindah ke Karfiksi ya untuk naskah puisi.

    Tetap semangat dan terus produktif berkarya ya 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *