Aku Ingin dan Mencintaimu (puisi)

Aku Ingin

Aku ingin ucapkan sepatah sesuatu
Namun lidahku terpasung kelu
Tertatih bersama sentuhan angin
Yang hinggap pada ujung rambut, lekuk pinggang,
dan aroma tubuhmu sayang

Cahya,
Ingin kucintai kau dengan sederhana
Apa adanya topeng hina
Tapi senja tampar mukaku
Berkabut debu-debu

Telat ku gapai
Saat detik gundah di waktu yang singgah
Jatuh cintaku pada terangmu
Hilang dalam hatimu
Terurai riangmu di lengkung pelangi

Di malam nan hikmat
Di tawa yang beriak itu
Kau syahdu disana
Seperti rerimbun kenang

Sayup binar bidadari
Suguhi aku anggur duniawi
Dalam sisa malamku
Dan penantian panjangmu

Berjanjilah padaku, kau tak kan padam terganti
Seumur nanti kelepak rajawali

14 Mei 2016.

Mencintaimu

Hirup pikuk rasa tak lapuk
elegi hasrat dalam hati
memetik dawai sunyi

guratkan harmoni
tapi tak mampu pahami

Semerbak harum kenanga
sekokoh tegak cemara
cendrawasih bertengger diatas ranting senja
lantunkan kidung sebilah jiwa

Apakah cinta,
beserta busana hadirnya?

Aku menyentuhnya, berdansa bersama
akan tetapi
mengapa disaat raga terlunta
aku mengasihi, setulus sang surya
redup cahaya
sosoknya hilang di kelokan lara

Darah melambat perlahan keluar
dari pusat dera nelangsa
dari jantung, hati, hingga pori-pori
mengoyak telak di dada

Muara cinta sejati
yang tak mampu menepi

Butir-butir dari pelupuk mataku beku
membingkai sungai nan bisu
iringi teduh pangkuanmu yang telah berlalu

“Aku akan membuatmu bahagia,
aku seseorang yang mencintaimu.”
itulah kata-kata
yang seakan hilang tenaga menanti nestapa
menjadi mitos yang hangus tergerus pupus

Mulutku terkunci menanti bulan pergi
angan terdiam angin membawa dingin
malam terbenam di beranda
bening botol arak banjiri kerongkongan
ku teguk satu demi satu bintang cakrawala

Dalam diam saat lelap,
ingin ku sambatkan cempaka ditelingamu
membelai jelita
dengan untaian syair-syair harapan
tetaplah senantiasa ada, riang tersenyum mengecup kenang
andai keadaan dan perbedaan
tidak memisahkan

, Maret 2016

Last Updated on 7 tahun by Redaksi

Oleh Aditya Putra Pidada

Hanya seorang pengembara jiwa yang tak sempurna

2 komentar

  1. Malam indah terjatu diatas dada seorang wainta,ibarat jatu diatas dada ibu semacam bayi diat teringat pelukan kekasihnya.
    memandang malam indah bintang tersenyum,kini dia temukan senyuman indah dari mulut manisnya hanyala mendapatkan bayangan gelap karena gelap di tutupi oleh gelap malam.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *