Demi Zakarya

Demi Zakarya

Ku rela mereguk getirnya asa

Yang membunuhku dalam lara merasuk jiwa.

Walau sepahit empedu meresap dalam rasa,

Kan kuteguk hingga aku mati tak berdaya.

Demi Zakarya

Ku mau melangkah jauh

Walau tertatih dan terseok

Bak pengemis tua tanpa tongkat.

Tapi kan kutapaki semua jalan penuh batu gerigi.

Demi Zakarya

Kutahan setiap luka yang mendera

Walau relung hati tercabik harapan yang tak kunjung usai.

Kurengkuh semuanya, walau tubuhku lunglai tak bertenaga

Kudekap setiap pedih tuk jadi teman perjalanan.

Baca:  Mataku adalah Matamu

Demi Zakarya

Kuhirup aroma udara yang pedas menyiksa

Walau aku harus tersedak debu kesesakan dalam dada.

Tetap aku bertahan dalam ilusi cinta

Yang akan membawaku pada wangi bunga cinta di Surga.

Demi Zakarya

Kulewati setiap ngarai kehidupan

Walau aku harus merangkak di antara tebing kepahitan.

Di antara jurang keputusasaan yang menganga,

Aku berjuang mendaki gunung harapan hingga puncak cinta.

Demi Zakarya

Kugenggam kepingan pasir cinta yang tak terurai

Walau sulit dengan peluh yang bercucuran.

Tapi kudekap ia dalam kalbu yang siap mengurung bayangnya

Tuk kujadikan cinta di seluruh masaku yang hanya sesaat.

Demi Zakarya

Kulepaskan semua warna terang dalam benakku

Tepiskan langit biru dari tidurku,

Memilih kelamnya malam tuk sampai di dalam hatinya yang terang,

Menjadi bulannya yang menyerap sinar mentarinya.

Demi Zakarya

Kusambangi setiap Pujangga tuk bertanya tentangnya,

Tentang cinta yang tumbuh bak bunga di musim Semi

Dengan sejuta puisi terukir dalam lembaran putih suci.

Tertoreh di sana, abadi hingga waktuku telah berakhir.

Demi Zakarya

Aku terbang tanpa permadani dan sapu,

Melewati dinginnya awan yang membekukan hati

Bergemuruh angin menderu di telingaku.

Walau menggigil, kan kutempuh hingga aku tiba dalam peluknya.

Demi Zakarya

Kutepiskan bara api yang menguasai,

Kululuhkan ia dengan air mata cinta dan rindu yang membuncah

Membanjiri hati, hingga bibirku bergetar mengharu biru

Jeritku meneriakan namanya, Zakarya!

Pemuda dambaan yang kutunggu di fajar pagi dan senja hari.

Sosok yang kunanti dalam dekapan penuh kasih,

Menanti kisah-kasih bersamanya

Dalam lekupan yang menyatukan kami dalam ikatan sah.

Bagikan artikel ini
Nurul Rahmah
Nurul Rahmah

Penulis asal Ciamis, kelahiran 2003, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Follow Instagram: @nur.alrahmah
Follow Twitter/X: @NRGaza
follow channel telegram: t.me/nrgaza

Articles: 10

Leave a Reply