Kuntilanak Somplak

Kuntilanak Somplak

Di sebuah desa kecil yang terpencil, terkenal karena keangkeran dan mistiknya, ada sebuah kisah yang sudah melegenda turun-temurun. Namun, di antara semua cerita seram yang beredar, yang paling terkenal adalah tentang *Kuntilanak Somplak”. Ya, dia bukan sekadar kuntilanak biasa. Kuntilanak ini tidak seperti yang lain; dia… agak “somplak”, alias aneh.

Semua dimulai ketika Joni, tukang ojek yang terkenal pemberani (meskipun sering ketinggalan bayaran), menerima telepon di tengah malam. “Jon, jemput gua di Rumah Somplak ya, sekarang!” suara di telepon terdengar terburu-buru. Joni mengernyit. Siapa sih yang mau ke rumah itu tengah malam begini? “Ini pasti becanda,” pikirnya, tapi karena bayaran malam hari lebih tinggi, Joni segera menghidupkan motornya dan melaju menuju Rumah Somplak.

Baca:  Raga Tanpa Mata

Rumah itu terkenal angker di seluruh desa. Banyak cerita soal penampakan kuntilanak yang mondar-mandir di sana, terutama saat malam bulan purnama. Tapi Joni tidak percaya begitu saja. Lagipula, kuntilanak mana yang bisa mengalahkan cepatnya ojek online?

Sesampainya di depan Rumah Somplak, Joni mulai merasakan ada yang aneh. Udara di sekelilingnya terasa lebih dingin dari biasanya. Ia melihat ke sekitar, namun tak ada tanda-tanda orang yang meneleponnya tadi. “Ini orang becanda kali ya, jangan-jangan temen-temen gua lagi ngerjain,” gumamnya sambil menyalakan rokok.

Tiba-tiba, dari dalam rumah terdengar suara tawa yang aneh. “Hihihi…”

Joni terdiam. Suara itu tidak terdengar seperti tawa biasa. Itu tawa… yang mirip banget dengan suara kuntilanak di film-film horor! Tapi ini bukan film, dan suara itu makin mendekat. Dari dalam rumah, muncullah sosok wanita dengan baju putih panjang, rambut tergerai menutupi sebagian wajahnya, dan… kepala yang miring ke samping.

“Oi, Joni! Lama amat, ngojeknya, ya?” tiba-tiba wanita itu bicara, membuat Joni tersentak dan hampir menjatuhkan rokoknya. “Kuntilanak?” gumamnya dengan suara serak.

Wanita itu tertawa, lebih keras dari sebelumnya, tapi kali ini terdengar agak fals. “Hihihi… ya ampun, Jon. Lo kira gua siapa? Artis FTV?”

Joni ternganga. “Lah, ini kuntilanak atau stand-up comedian?”

Si kuntilanak mendekat dengan langkah yang agak aneh, seolah kakinya tak sinkron dengan tubuhnya. “Gua ini Kuntilanak Somplak, bro. Bukan kuntilanak biasa! Rambut gua acak-acakan, kepala gua miring, dan kadang gua kesandung kain sendiri kalau jalan terlalu cepet. Jadi jangan takut-takut amat deh, gua lebih ngeselin dari seram!”

Joni bingung antara takut atau ketawa. “Kok… somplak?”

Baca:  Ibu dan Anak

Si kuntilanak menarik napas panjang, lalu mulai bercerita dengan gaya yang seperti sahabat lama yang curhat di warung kopi. “Jadi ceritanya, dulu gua meninggal dengan cara yang nggak enak, gara-gara diselingkuhin pacar. Nah, sejak saat itu gua jadi kuntilanak. Tapi masalahnya, pas gua jadi hantu, ada kesalahan teknis. Kepala gua jadi miring gini, rambut gua nggak bisa rapi-rapi, dan suara tawa gua? Ya, lo bisa denger sendiri, ancur banget, kan?”

Joni menggaruk-garuk kepalanya. “Jadi… lo nggak nakutin orang?”

Kuntilanak Somplak menatap Joni dengan tatapan iba. “Jon, gua udah coba nakutin orang. Tapi setiap kali gua muncul dengan kepala miring dan suara tawa gua yang kayak gini, orang-orang malah ketawa, bukan lari ketakutan. Bahkan ada yang minta selfie segala! Gua coba nakutin tukang siomay aja, dia ngasih gua gratis satu piring gara-gara gua kasian. Lo kebayang nggak, Jon, jadi kuntilanak yang nggak dianggap serius?”

Joni, yang awalnya tegang, sekarang malah duduk santai di atas motornya sambil merokok lagi. “Ya ampun, kasian amat hidup lo… eh, maksud gua, kasian amat *mati* lo.”

Kuntilanak itu duduk di sebelah Joni, seperti teman lama yang sedang ngobrol ngalor-ngidul. “Ya, gitu deh. Gua juga kadang kesel. Mau gimana lagi, udah nasib. Kepala gua somplak, kehidupan gua juga somplak.”

Joni mengangguk-angguk sambil terus mendengarkan curhatan si kuntilanak. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama-sama, anehnya, suara tawa Joni dan Kuntilanak Somplak malah jadi duet yang sempurna. Tawa seram yang berubah jadi tawa kekonyolan.

Sejak malam itu, Joni punya teman baru: Kuntilanak Somplak. Mereka sering bertemu lagi, nongkrong di Rumah Somplak sambil ngobrol soal hidup (dan mati), sambil sesekali memikirkan cara biar Kuntilanak Somplak bisa kembali serius jadi hantu yang ditakuti.

Baca:  Pembuktian Kata

“Eh Jon, lo kira-kira punya saran nggak gimana gua bisa nakutin orang lagi?” tanya Kuntilanak Somplak suatu malam.

Joni mengangkat bahu. “Coba lo bikin konten YouTube, siapa tau viral.”

Dan begitulah, di desa kecil itu, Kuntilanak Somplak mulai dikenal bukan hanya karena keangkerannya, tetapi juga karena kelucuannya. Warga desa pun akhirnya lebih sering tertawa ketimbang takut, setiap kali mendengar suara tawa cekikikan yang dulu dianggap seram, tapi kini berubah jadi tanda dimulainya malam yang penuh cerita konyol di Rumah Somplak.

END

Bagikan artikel ini
Anisa Rahmawati
Anisa Rahmawati
Articles: 2

2 Comments

Leave a Reply