Puisi: 8 September

8 September…

Awal dari semua kisah.

8 September…

Akhir dari kebekuan.

8 September…

Hari penuh sejarah.

Sejarah yang tak tertuliskan dengan pena.

8 September…

Hawa sejuk bertiup

Dari bukit timur ke bukit barat,

Menjanjikan pesta pora yang memuaskan,

Menawarkan manisnya cinta,

Menebarkan harum wangi yang menyegarkan.

8 September…

Sebuah daun telah jatuh,

Daun yang bertuliskan namamu.

Kupungut dan kusimpan,

Senantiasa melekat di hatiku.

Namamu, nama yang terbawa semilir angin.

Rentetan pohon pun tahu aku yang akan menyambut daun itu.

Tapi, berapa banyak daun namamu yang jatuh?

Baca:  Menggapai Asa

Sekian banyak yang menerima namamu di hati mereka,

Menjadikannya bunga di taman Surga.

Apakah hanya aku yang menyimpannya dengan penuh cinta?

Aku tidak tahu,

Yang ku tahu, kini aku mencintaimu,

Sejak 8 September.

Hatiku masih utuh, tak pernah kaupatahkan.

Dan namamu, tak pernah robek dan koyak.

Seperti 8 September,

Hari pertama kutulis namamu dalam ingatan.

Hari pertama kulukis wajahmu di dinding harapan,

Hari pertama kuukir kenangan dalam cerita kehidupan,

Hari pertama bergaungnya suaramu di telinga,

Hari pertama saat bayangmu mulai merasuki pelupuk mata.

8 September…

Hariku jatuh cinta

Padamu yang masih menjadi sebuah hasrat dalam angan,

Angan yang terkembang dari 8 September.

Bagikan artikel ini
Nurul Rahmah
Nurul Rahmah

Penulis asal Cihaurbeuti, Ciamis, kelahiran 2003, tinggal di Sukaraja, Sukabumi. Alumni SLB-A Budi Nurani, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Seseorang yang jatuh cinta habis dengan seni sunda dan sastra.
Follow Instagram: @nurul.rahmah14
Follow Twitter/X: @NRGaza
follow channel telegram: t.me/nrgaza

Articles: 19

Leave a Reply