Puisi: Sajak Cinta

Mengenalmu membangkitkan gairah syairku.

Jutaan tetesan tinta yang berubah

Menjadi sepenggal kata demi kata

Tertumpah dalam lembaran-lembaran utih.

Seperti air hujan,

Syair-syair cinta berdesakan dalam benakku

Hingga turun menjadi hujan deras sajak cinta.

Sajak cinta yang menyatakan kerinduan yang mendalam.

Seperti nyala api yang berkobar,

Kutuliskan segalanya di atas lembaran ini,

Sehingga ia tak lagi putih.

Tak akan pernah terhenti, kecuali aku yang menghentikannya.

Tak pernah habis, kecuali aku mati. Mati raga, mati rasa.

Entah mana yang lebih dulu.

Baca:  Dongeng Gemericik Suara Hati (27)

Dengan jemari ini kutuangkan puisi cinta,

Berharap kelak dapat kaubaca.

Sepotong lembaran demi lembaran

Yang hanya menceritakan tentang dirimu, cinta.

Kuharap kau menjadi payung

Yang menampung semua sajak rinduku untukmu,

Atau seperti kolam yang gersang,

Senang menerima air kembali.

Inilah, kasih.

Inilah rasaku yang menggebu.

Kutitipkan segalanya di antara pena dan kertas,

Karena tidak ada penjaga rahasia

Yang lebih baik dari sastra.

Tak ada yang lebih manis selain madu

Kecuali untaian kata mendalam,

Sarat akan makna cinta

Yang tulus menyentuh kalbu,

Berbisik, mendayu bak suara peri di hutan emas.

Seputih tangan Lady Galadriel, itulah cintaku.

Seindah syair Lothlorien, itulah sajak cintaku.

Walau mungkin tak selembut nyanyian Elbereth Gilthoniel,

Tapi kupercayakan pada sajak cinta Aragorn

Untuk membujuk sang peri Arwen Undomiel.

Atau Beren yang membujuk Luthien Tinufiel.

Di tengah musim semi, di mana bunga mekar.

Bagikan artikel ini
Nurul Rahmah
Nurul Rahmah

Penulis asal Cihaurbeuti, Ciamis, kelahiran 2003, tinggal di Sukaraja, Sukabumi. Alumni SLB-A Budi Nurani, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Seseorang yang jatuh cinta habis dengan seni sunda dan sastra.
Follow Instagram: @nurul.rahmah14
Follow Twitter/X: @NRGaza
follow channel telegram: t.me/nrgaza

Articles: 19

Leave a Reply