Thank You for Everything

“Khifaaaaaaaaaa…….Bangun khif katanya mau kesekolah kamu kan masuknya jam setengah 7 sekarang udah jam setengah 6 kamu belom bangun juga?! Khifaaa bangun Khif!!!” bentak bunda. “Iya bunda….khifa udah bangun,duduk dulu arwahnya belum ngumpul” *sambil ngulet diatas kasur* “Khifa! Gak ada alasan lagi kalau sampai bunda keatas kamu masih ngulet-ngulet diatas kasur,bunda potong uang jajan kamu!”Ancam bunda. Huaaaa gak gak gue gaboleh sampe dipotong uang jajannya! Aku langsung bergegas ke dalam kamar mandi sebelum bunda naik keatas dan melihat kalau aku masih ngulet diatas kasur. 

            Tepat jam 06.30 untung sekolahku dekat dari rumah jadi mau berangkat jam 06.20 juga gak akan terlambat. Sesampainya disekolah aku tidak bisa membedakan teman-teman seangkatan dan senior-seniorku. Mungkin yang membedakan baunya mungkin ya. Yang kelas 10 masih bau baju baru dan kakak kelas bajunya bau….ya tau lah ya kalian. Aku kelas X-3 atau bisa disebut 10-3  disaat aku masuk kelas mereka semua menatapku dengan asing. Dan ada pula beberapa orang yang aku kenal sebelum aku masuk SMA seperti teman TK ku teman SD ku SMP ku. Tidak aku sangka semuanya berkumpul menjadi satu. Aku tidak sekelas dengan Nadia dia berada di X-6.  Pelajaran pertama adala fisika. Semuanya memperkenalkan dirinya. Ada satu orang cowok yang benar-benar membuat aku penasaran namanya Xavier. Dia duduk di paling depan tepatnya di depan meja guru. Dia putih memakai kacamata dan cukup tampan untuk anak SMA.

            Hari pertama di SMA ini sangat menyenangkan aku bisa mengenal orang-orang yang belum pernah dikenal satu sama lain dan 2 tahun berikutnya aku membayangkan kita akan menjadi seperti saudara dan rasanya tidak ingin pisah. Sistem disekolah ku adalah moving class. Maksudnya apabila pelajaran berganti,aku dan teman-teman yang sekelas denganku harus pindah ruangan kelas. Bisa dibilangsih aku tidak mempunyai kelas menetap. Karena kelas disekolahku itu per mata pelajarannya. Misalnya 101 itu ruang matematika 201 itu biologi dan seterusnya.

            “Maaf bu,dia ini memang mempunyai masalah di pendengarannya. Dia memakai alat maka dari itu bu maklumi dia ya” Pinta temanku,Riri. Riri berusaha memberi tahu semua guru-guru di SMA ku agar memaklumi kekurangan Xavier. Xavier mengalami cacat fisik sewaktu dia masih kecil,dia mengalami mal praktek seorang dokter. Dan sekarang Xavier tidak bisa mendengar dan dia memakai alat bantu dengar. Mendengar hal itu aku tersentak kaget,Aku pun hampir tidak menyadari kekurangan Xavier tersebut.

            Lama-lama aku penasaran dengan Xavier,dia itu pendiam sekali dan tidak mau mengobrol dengan banyak orang. Aku kasihan dengan Xavier. “Khif! Kamu lagi ngeliatin siapa sih? Awas loh kesurupan” Nadia menepuk pundakku. “emm…itu nad aku lagi ngeliatin Xavier. Kasihan aku dengan dia,dia tidak bisa mendengar” “Ohh Xavier,iya sih kasihan tapi dulu Xavier itu sewaktu SMP banyak loh yang menyukai dia.Dia mungkin gak sependiem yang kita liat sekarang. Dulu kan Xavier ya bisa dibilang Eksis di sekolahnya” jelas Nadia kepadaku. “Oh gitu nad wah hebat dong ya teman-temannya tidak pernah memandang Xavier sebelah mata” Jawabku. “wahhhh kamu naksir dia ya Khif?” ledek nadia kepadaku. “ah tidak nadd aku hanya penasaran dengan Xavier”

            Setelah Nadia berkata seperti itu,setiap hari aku memperhatikan Xavier. Apakah benar dia itu tidak seperti yang aku lihat sekarang?apakah benar dia bukan sependiam yang aku fikirkan? Setiap hari aku memikirkan dia selain dia mempunyai kekurangan namun Xavier juga mempunyai banyak kelebihan Xavier itu Pintar,Tampan,Humoris,Pandai dalam bermain futsal dan tidak sombong. Pantas saja banyak perempuan di SMP nya dulu yang menyukainya. Tetapi aku bingung kenapa aku tidak menyukai Xavier ya? Aku hanya sekedar kagum kepadanya.

            “Eh ada Xavier” sapaku kepada Xavier dan menaruh barang-barangku di bangku ku.

            “Kok tumben sih kamu duduk di belakang?biasanya didepan.” Lanjutku bertanya.

            “Keduluan sama yang lain gue khif” jawabnya dengan sedikit senyum di Akhir kata-kata yang dia lontarkan kepadaku. “oh gituuu” jawabku sambil mengangguk seolah menandakan bahwa aku mengerti.

            Ternyata Xavier anaknya Asik juga,wawasan Xavier luas sehingga aku nyambung berbicara dengan dia. Dan Xavier dulu bersekolah di SMP yang tidak cukup jauh dari SMPku sehingga teman-teman SMPku mengenal teman-teman SMP Xavier,jadi aku dan Xavier cukup enak bicara satu sama lain.

            Semakin lama kami semakin dekat,Xavier sekarang lebih suka duduk dibelakang daripada didepan. Xavier mulai terbuka dengan orang-orang dan mau berbicara dengan orang-orang. Banyak sekali cerita yang kami ceritakan ke satu sama lain. Xavier juga sering membantuku dalam mengajari pelajaran yang tidak aku mengerti. Aku merasa beruntung mempunyai teman seperti Xavier.

            Sekarang aku mengetahui sifat Xavier yang asli. Xavier yang asli tidak sependiam yang aku bayangkan. Ternyata Xavier sosok seseorang yang cerewet juga. Aku adalah tipe perempuan yang usil terhadap temanku sendiri. Hingga Akhirnya Xavier menjadi sasaran keusilanku. Aku menjadikan Xavier sebagai pacar-pacaranku. Dan Xavier diam saja seperti sudah biasa menjadi bahan olok orang-orang. Namun terkadang Xavier tidak ingin mengakui bahwa aku itu pacar-pacarannya didepan orang-orang. Ya Mungkin dia tidak ingin mengira hal ini menjadi kenyataan. Mungkin dia tidak ingin orang-orang mengira aku benar-benar berpacaran dengannya.

            “Khif lo pacar cewek gue pacar cowok gue Adli” tiba-tiba Xavier menoleh kebelakang dan berbicara kata-kata seperti itu kepadaku.

            “Hah?apa?” berusaha meyakinkan kupingku kalau aku tidak salah dengar.

             “Iya,Lo pacar cewek gue pacar cowok gue Adli” Adli adalah sahabatnya. Dia selalu kemana-mana  bersama Adli. Mereka sudah sepeti lelaki Homo yang berpacaran didepan Publik.

            Mendengar kata-kata itu aku kaget sekali,Seorang Xavier berbicara seperti itu kepada Khifa? Xavier itu belum pernah pacaran dengan seorang perempuan. Sekali pun belum pernah. Bukan karena tidak ada yang menyukai Dia tetapi dia bilang dia tidak ingin mempunyai pacarnya tersebut.

            Alhamdulillah aku naik kelas,Walaupun susah sekali dan butuh perjuangan tetapi karena dukungan keluarga dan teman-teman termasuk Xavier membuatku untuk bersemangat kembali. Aku dan Xavier semakin dekat. Dia teman yang baik bisa dibilang Xavier adalah “pacar-pacaran” yang baik. Aku selalu mengolok dia namun dia tidak marah. Namun aku takut tidak sekelas lagi dengan Xavier. Apabila aku tidak sekelas dengan Xavier,Aku tidak tau harus bagaimana. Di kelas…aku banyak menghabiskan waktu dengan Xavier. Bercanda dengan Xavier,mengobrol dengan Xavier. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan tanpa dia nanti dikelas 2.

            Kelasku mengadakan perpisahan kelas.Satu persatu teman-temanku mengucapkan salam perpisahan dan ucapan terimakasih. Sewaktu giliran Xavier dia bilang,

            “Makasih ya teman-teman semuanya gue dulu kelas 1 semester 1 ansos gitu sekarang gue udah gak ansos lagi semester 2” aku tersenyum dan tiba-tiba Xavier melihat aku dan dia ngomel-ngomel ke aku,

            “Khif lo ngapain ngeliatin gue sih” “dih ngeliatin gimana deh yee gr ayo lanjutin omongan lu” Xavier langsung melanjutkan omongannya tadi

            “Iya gitu aja makasih ya buat semester duanya” mata Xavier langsung menuju ke aku.Aku tidak mengerti maksud Xavier apa tetapi kata-kata itu benar-benar membuatku menjadi takut kehilangan Xavier. Dia benar-benar teman yang baik.

            “Khif!!! Kamu dapat kelas apa?” tanya salah seorang temanku kepadaku.

            “11 Ips 4 nih,kamu?” tanyaku kepada salah seorang temanku itu,

            “11 ips 1 khif yah gak sekelas lagi deh kita” jawabnya. Aku tetap menunggu kedatangan Xavier,aku penasaran dia masuk kelas mana. Jujur aku takut dia nanti beda kelas denganku lalu dia menemukan perempuan yang bisa mengusilkan dia juga. Lalu dia menyukai perempuan itu dan berpacaran dengan Xavier. Hahaha sepertinya ketakutanku sangat berlebihan. Mengapa aku berfikir sejauh itu? Aku kan hanya berteman dengan Xavier. Mengapa aku takut kehilangan dia? Apa aku menyukai dia?

            Tiba-tiba Xavier berlari dari ujung koridor dan menghampiriku,

            “Khif kamu udah mengambil laporannya?” tanya Xavier.

            “Udah Xav,kamu kok baru datang?” “iya tadi ada ngumpul anak-anak SMP dan aku nginep jadinya agak telat deh.

            “oh gitu yaudah masuk gih sana biar kamu tau kamu dikelas mana” Entah mengapa sambil menunggu Xavier keluar dari ruangan itu aku sangat deg-degan dan aku semakin takut.

            Sudah banyak teman-teman di Angkatanku yang mengetahui kedekatanku dengan Xavier. Dan banyak juga yang kasihan dengan Xavier karena aku selalu berperan sebagai pacarnya dan dia yang menjadi pacar yang penurut. Dan orang-orang berfikir aku mem-bully nya hahahaha.

            “Khif aku masuk 11 IPS 4!! Kamu masuk kelas mana?” tiba-tiba Xavier mengagetkanku dari lamunanku.

            “Hah..emm aku masuk kelas 11 IPS 4 juga” jawabku.

            “Wah kita bareng lagi dong?” jawabnya dengan nada sedikit penyesalan.

             “Kenapa lo? Nyesel? Yee gue juga gak mau kali bareng-bareng lagi sama lo” Jawabku dengan ketus. Ya tuhan aku sekelas lagi dengan Xavier. Mengapa aku senang sekali ya? Aku lega aku tidak harus kehilangan Xavier buat sekarang ini.

            Waktu berjalan dengan Cepat,Tidak terasa sekarang sudah kelas 11 semester 1  Akhir. Selama kelas 11 kehidupanku dengan Xavier sama saja seperti kelas 10. Bercerita,menggila dan menjahili Xavier. Dan Xavier masih tetap sama yaitu dia pasrah apabila dijahili olehku dan teman-temanku. Aku bangga mempunyai teman seperti Xavier. Dia itu bisa menutupi kekurangannya. Dan teman-teman juga memperlakukan Xavier sama dengan yang lain. Karena kekurangannya itu dia mempunyai semangat yang kuat.semangat yang kuat itu membuat dia menjadi terlihat Normal di mata orang-orang yang tidak mengenalinya.

            Sekolahku mengadakan Studi wisata ke Bali dan Jogja. Aku sangat senang sekali karena aku sangat penat dengan kehidupan sekolah yang pr numpuk,tugas numpuk sampai ulangan pun numpuk. Teman-temanku sebagian besar ikut studi wisata kecuali Xavier. Dia tidak mengikuti Studi wisata karena beberapa hal. Sangat disayangkan karena mungkin Studi wisata akan terasa lebih baik apabila dia ikut.

            Aku Seminggu Studi wisata dan yang aku tunggu-tunggu adalah kapan aku masuk sekolah lagi? Aku kangen sekolah,kangen rumah dan kangen semuanya. Terutama Xavier. Tidak tahu kenapa semenjak studi wisata aku tidak bisa berhenti memikirkan Xavier. Ternyata di balik rasa kagumku aku menyimpan rasa suka. Bahkan didekat Xavier aku nyaman sekali dengan dia. Belum ada sosok lelaki yang bisa membuatku seperti ini.

            3 Minggu pun berlalu. Dan selama 3 minggu aku tidak bertemu dengan Xavier. Dan dia semakin lama semakin selalu ada di kepalaku tidak bisa pergi dari ingatanku. Kenapa ya? Benar-benar ada firasat yang aneh tentang aku dan Xavier.Hal yang paling aku takuti sewaktu bersama Xavier adalah aku takut dia akan menemukan perempuan yang benar-benar membuat dia nyaman didekat perempuan itu dan dia gak akan peduli dengan aku lagi itu yang aku takutkan selama aku menjadi pacar-pacarannya Xavier.

            Dan ketakutan akupun menjadi kenyataan. Hari pertama semester 2 aku merasa Xavier berubah. Aku merasa aku kehilangan Xavier yang dulu. Xavier yang aku kenal adalah dia anak yang perhatian dan gak sembarangan memberikan perhatiannya kecewek lain. Xavier munero yang aku kenal adalah Xavier yang selalu ada disaat aku butuh. Selalu mengisi kekuranganku selalu tau hal-hal kecil yang orang lain gak tau. Dan aku telah kehilangan semua itu.

            Xavier benar-benar tidak membutuhkan aku lagi,sekarang dia sudah dekat dengan cewek-cewek kelas aku yang sekarang. Dia sudah bahagia dengan teman-teman ceweknya yang baru mungkin aku salah karena aku merasa aku memiliki dia. Tapi aku benar-benar tidak bisa memungkiri bahwa aku sayang sama Xavier. Aku butuh dia. Namun orang yang aku butuh sudah berubah aku tidak mengenalnya lagi sekarang.

            “Gue gak ngerti Nad, sekarang Xavier berubah dia udah gak butuh gue lagi dia gak bisa jadi moodbooster gue lagi nad,gue bener-bener ngerasa dia gak butuh gue lagi sekarang” tiba-tiba air mata keluar dari mataku dan jatuh ke pipiku. Aku tidak menyangka 3 minggu bisa merubah seorang Xavier 180 derajat beda dengan yang dulu. Aku benar-benar gak kenal dia lagi sekarang.

            “Sudahlah Khif mungkin dia gak bermaksud buat seperti itu. Mungkin karena kejadian ini kamu memang tidak ditakdirin untuk dia,Apapun bisa terjadi Khif dalam waktu sehari aja bisa berubah bagaimana 3 Minggu” Nadya Menjelaskan kepadaku dan menyarankanku untuk pindah ke lain hati.

            Hari demi hari disekolah aku habiskan untuk belajar tidak ada yang aku fikirin selain itu. Aku benar-benar tidak ingin memperdulikan Xavier lagi,dia bukan siapa-siapa aku. Aku tidak boleh mikirin dia terus aku harus move on. Xavier Cuma nganggep aku itu temannya tidak lebih dari itu. Kita hanya berteman,Xavier yang menjauh duluan dariku dan kalau dia teman yang baik pasti dia bakal balik lagi kok ke aku. Hari demi hari aku sudah mulai bisa hidup tanpa Xavier walaupun aku satu kelas dengannya aku sudah tidak perduli lagi. Dia sudah tidak membutuhkan aku.

            Dan bulan februari pun tiba. Februari adalah bulan yang penuh makna untukku karena aku akan bertambah tua dibulan ini. Tahun lalu aku mendapatkan kado terindah sekaligus yang terburuk untukku kadonya yaitu Rafly. Dan aku selalu tidak bisa berhenti berfikir kejutan apa lagi yang akan aku hadapi nanti sewaktu aku ulang tahun?

            Hari ini adalah tanggal 3 februari. Semuanya berjalan seperti biasa bedanya aku dan Xavier sudah tidak seperti dulu. Tiba-tiba Xavier duduk ditempatku memasang headset di kupingnya dan mendengarkan lagu. Aku menghampiri Xavier yang sedang mendengarkan lagu

            “Lo ngapain?mau dong” aku mengambil headset yang sebelah kiri dan Xavier menggunakan headset yang sebelah kanan. Tiba-tiba Xavier memutarkan kisah putih yang dibawakan oleh glen fredly.

            Suasana beda sekali dengan dulu. Dulu aku dengan Xavier benar-benar ceplas ceplos gak ada jaim-jaiman sekarang yang aku alami adalah kecanggungan yang benar-benar aku belum pernah alami bersama Xavier.

            “Khif itu tadi ngapain kok si gilang kesini sama yogi?” tanya Xavier yang membuka percakapan kami.

            “Mereka ngapelin gue tadi” jawabku dengan asal agar suasana tidak tegang.

            “Haha bercanda aja lu serius gue” jawab Xavier, “ya briefing lah xav masa ngapelin gue” “ohh kirain ngapain gitu”

                                                            *HENING*

            “Ummm…udah ngapain aja nih futsal buat pensi sekolah nanti?” tanyaku untuk menghilangkan keheningan.

            “Gak tau nih anak-anak gak pernah nyuruh gue ngapa-ngapain” jawabnya. Tiba-tiba dia mengganti lagu,lagu kisah putih terpotong dan dia mencari lagu yang lain.

             “Yahhh kok dimatiin sihhhhh!” tanyaku jengkel.

            “Emang kenapasih?lu mau dengerin lagu galau?”

            “Ya enggasih” jawabku.

            “Cuma….” tiba-tiba lagu selamanya cinta yang dibawakan oleh D’cinamons diputar. Aku kaget aku speechless aku gak tau harus ngomong apa bibirku tidak bisa berkutik. Dadaku bergetar dengan cepat. Lagu d’cinamons – selamanya cinta adalah lagu kesukaanku dan sebenarnya itu  benar-benar lagu yang selalu aku dengarkan saat kefikiran Xavier. Aku hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apa-apa.

            “Gue gak tau lagu ini tapi suaranya bagus” kata Xavier kepadaku.

            “Hah?orang penyanyinya belom nyanyi xav kok lo udah ngomong suaranya bagus aja deh?” jawabku yang sedikit tertawa karena ucapan Xavier.

            Hal ini menyadarkanku akan suatu hal,

            Bahwa aku itu tidak pantas untuk Xavier. Xavier terlalu sempurna untuk seorang Khifa. Dan Nadya benar. Bahwa aku harus move on. Mungkin memang aku salah mengartikan kebaikan Xavier selama ini. Dan aku memutuskan untuk stop menyukai Xavier. Namun aku akan selalu mengingat Xavier menjadi masa laluku yang tidak pernah aku lupakan. Xavier merupakan suatu cerita masa-masa Remaja SMA seorang Khifa menjadi berwarna. Kejadian Xavier ini membuatku tersadar akan suatu hal. Apabila tidak mau kecewa,jangan banyak berharap. Aku sudah berharap banyak selama dekat dengan Xavier dan ujung-ujungnya aku kecewa.

            Beruntungnya perempuan yang kelak jadi pacar atau bahkan istri Xavier. Menurutku dia akan menjadi perempuan paling beruntung sedunia karena dia mempunyai Seseorang yang dimataku benar-benar sempurna. Dan hingga sekarang masih belum ada yang menggantikan posisi Xavier di hatiku.

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *